DONBASS, KOMPAS.com - Rusia menguasai wilayah yang cukup besar di timur Ukraina, tapi militer setempat bertekad mempertahankan kawasan itu.
Pasukan Rusia membombardir kota-kota di Ukraina timur dengan tujuan, kata mereka, "membebaskan" pusat industri bernama Donbass.
Setelah tidak lagi berupaya menguasai Ibu Kota Kyiv dan kota terbesar kedua Kharkiv, Vladimir Putin sekarang mengusahakan kemenangan di wilayah timur Ukraina, yang sebagian besar penduduknya berbahasa Rusia dan diklaim Moskwa jadi sasaran genosida Ukraina.
Kini memenuhi target operasi di Ukraina timur adalah hal minimum yang ia butuhkan, sebelum dapat mengakhiri operasi militer dan mengklaimnya sebagai kemenangan sukses Rusia.
Pasukan Rusia kini telah menguasai sebagian besar wilayah selatan Ukraina.
Ukraina mengatakan pertempuran di Donbass kini merupakan yang terbesar di tanah Eropa sejak Perang Dunia Kedua. Namun Presiden Volodymyr Zelensky bersumpah pasukannya "akan berjuang untuk setiap jengkal tanah kami".
Pengalihan pasukan ke daerah timur yang dikenal sebagai Donbass ini berpotensi membuat pertempuran kedua negara jadi berlarut-larut.
"Saya khawatir Putin, dengan biaya besar untuk dirinya sendiri dan militer Rusia, terus menggerogoti Donbass," kata Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, kepada Bloomberg.
Menurutnya, pasukan Putin terus membuat kemajuan secara bertahap, walau lambat namun jelas, membuat gerakannya tetap mengkhawatirkan. Maka, Boris menilai sangat penting bagi pihaknya untuk terus mendukung militer Ukraina.
Pertanyaannya, apa yang dibutuhkan Putin untuk bisa mengeklaim bahwa dia hendak "membebaskan" wilayah bekas jantung industri Ukraina itu? Dan mungkinkah klaim itu terlaksana?
Baca juga: Jawaban Rusia ketika Ditanya: Apa Putin Akan Menggunakan Senjata Nuklir Taktis di Ukraina?
Ketika Putin berbicara tentang Donbass, dia merujuk pada daerah yang sejak lama menjadi penghasil batu bara dan baja di Ukraina.
Yang Putin maksud sebenarnya adalah dua wilayah besar di timur Ukraina, yaitu Luhansk dan Donetsk. Dua daerah ini membentang dari pinggiran Mariupol di selatan sampai ke perbatasan utara.
NATO menduga bahwa pasukan Rusia berusaha membuat jembatan darat yang membentang di sepanjang garis pantai di barat daya Donetsk yang menuju ke Crimea.
"Daerah itu diidentifikasi pemerintahan Rusia sebagai bagian Ukraina yang penduduknya berbahasa Rusia dan lebih memiliki kedekatan dengan Moskwa ketimbang Kyiv," kata Sam Cranny-Evans dari Royal United Services Institute.
Banyak orang yang tinggal di daerah ini berbahasa Rusia, tapi mereka tidak lagi pro-Rusia.
"Mariupol padahal dulu dikenal salah satu kota paling pro-Rusia di Ukraina dan kini menghancurkannya sungguh di luar pemahaman saya," kata spesialis pertahanan sekaligus pimpinan Rochan Consulting, Konrad Muzyka dilansir dari BBC.
Satu jajak pendapat Ukraina pada Mei 2022 menunjukkan 82 persen warga Ukraina di wilayah yang direbut Rusia sejak invasi 24 Februari memendam sikap negatif terhadap Moskwa.
Setelah perang selama satu bulan terakhir, Rusia mengklaim telah menguasai 93 persen wilayah Luhansk dan 54 persen Donetsk.
Rusia masih jauh dari target mereka untuk menaklukkan Ukraina, tapi kalaupun mereka mengklaim kemenangan, wilayah ini sangat besar untuk dikendalikan.
Baca juga: Zelensky: Para Pejabat Rusia Tak Punya Kuasa di Hadapan Putin
Putin berulang kali membuat tuduhan tidak berdasar bahwa Ukraina telah melakukan genosida di kawasan timur ini.
Ketika perang dimulai, dua pertiga wilayah tersebut dikuasai Ukraina. Sisanya dikontrol kelompok-kelompok yang ingin membuat negara baru, yang didukung Rusia selama delapan tahun terakhir.