KOMPAS.com - Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) telah melukiskan gambaran lebih luas dan mengkhawatirkan pada laporan terbarunya yang berjudul Lingkungan Perdamaian: Keamanan di Era Baru yang Berisiko.
Lembaga penelitian independen yang sudah diakui dunia itu memperingatkan keadaan darurat global.
"Krisis lingkungan yang kompleks dan cakrawala keamanan yang semakin gelap saling melengkapi dengan cara yang berbahaya,” tulis para peneliti SIPRI.
Baca juga: “Polos”, Kim Jong Un Kubur Mentornya di Tengah Krisis Covid-19 Korea Utara
Hutan yang ditebang, gletser mencair, dan lautan tercemar terjadi bersamaan dengan peningkatan angka kematian terkait konflik, pembelian senjata, dan peningkatan jumlah orang yang berisiko kelaparan. Pandemi menimbulkan bahaya lebih lanjut.
Somalia menjadi contoh keadaan darurat simultan semacam itu. Negara Afrika Timur itu menghadapi kekeringan, kemiskinan, dan perang selama dua tahun dari kelompok teror al-Shabab.
Masalah serupa juga muncul di Amerika Tengah. Kegagalan panen terkait perubahan iklim terjadi bersamaan dengan konflik dan korupsi yang memicu eksodus massal ke Amerika Serikat.
Baca juga: Sri Lanka Terancam Kelaparan, Ingin Akhiri Krisis tapi Terganjal China
"Alam dan perdamaian sangat erat hubungannya sehingga antara satu dan lainnya saling merusak. Dengan alasan yang sama, satu meningkat yang lain juga. Waktu untuk bertindak adalah sekarang” jelas Direktur SIPRI Dan Smith kepada DW.
Laporan SIPRI dirilis bertepatan dengan dimulainya forum Stockholm tahunan kesembilan tentang perdamaian dan pembangunan, yang menjadikannya seruan bagi para politikus dan pembuat keputusan. Menurut SIPRI, banyak pemerintah yang gagal mengenali kedalaman krisis, atau bahkan secara aktif mengabaikan masalah tersebut.
Smith mengatakan beberapa pemerintah ingin bertindak, tetapi mereka memiliki prioritas lain yang menuntut waktu dan perhatian sebagai hal yang mendesak, seperti pandemi selama dua tahun terakhir dan perang di Ukraina.
Sebanyak 30 penulis laporan yang diambil dari SIPRI dan lembaga lainnya menyimpulkan bahwa meskipun manusia secara keseluruhan kini lebih baik dari sisi finansial, tetapi mereka tidak aman dalam banyak hal. Tercatat lebih dari 93 halaman, gambaran konsekuensi dari bencana regional dan konflik di dunia yang saling berhubungan.
Baca juga: Dilanda Krisis dan Bangkrut, Sri Lanka Tak Punya Menteri Keuangan
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.