"Penyebaran epidemi ganas adalah gejolak (terbesar) yang terjadi di negara kita sejak didirikan," katanya seperti dikutip kantor berita resmi KCNA.
Selain dampak kesehatan langsung, kekhawatiran muncul soal produksi pangan di Korea Utara.
Negara ini mengalami kelaparan yang brutal selama 1990-an, dan hari ini Program Pangan Dunia memperkirakan bahwa 11 juta dari 25 juta penduduk negara itu kekurangan gizi.
Jika pekerja pertanian tidak dapat merawat ladang, kata para analis, implikasinya wabah akan sangat serius.
Baca juga: Covid Korea Utara: 21 Pasien Meninggal, 500.000 Orang Demam
Tampaknya Korea Utara telah menjadi seperti sebagian besar tempat di dunia pada awal 2020. Covid menyebar dengan cepat melalui populasi yang tidak divaksinasi, tidak memiliki kekebalan, dan memiliki pilihan terbatas untuk mengobati virus.
Perbedaannya tentu saja adalah bahwa Korea Utara memiliki waktu untuk mempersiapkan ini dan tampaknya tidak berbuat banyak untuk melakukannya. Sebaliknya, ia berfokus pada strateginya untuk mencegah virus memasuki negara itu.
Negara terisolasi itu telah menolak vaksin di masa lalu dengan mengatakan itu tidak membutuhkannya. Sekarang memang membutuhkan mereka, tetapi mungkin sudah terlambat.
Pakar kesehatan mengatakan prioritas mendesak adalah memasukkan obat antivirus ke negara itu untuk mengobati orang yang menderita.
Tetapi agar ini terjadi, Korea Utara perlu menerima bantuan, dan belum meminta apa pun. Tawaran vaksin dan bantuan Korea Selatan tidak dijawab.
Baca juga: Korea Selatan Berencana Bantu Beri Vaksin Covid-19 ke Korea Utara
Sangat tidak mungkin Korea Utara akan menerima bantuan dari Korea Selatan.
Akan jauh lebih memungkinkan jika tawaran datang dari organisasi internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), bahkan jika itu berarti pasokan Korea Selatan perlu diarahkan dan dikemas dengan cara ini.
Akan sangat berisiko bagi Korea Utara untuk menerima bantuan dan perawatan medis. Sebab, itu berarti mereka harus membiarkan orang masuk ke negaranya untuk mendistribusikan dan mengelolanya.
Tetapi fakta bahwa ia melaporkan kematian harian dan jumlah kasusnya dipandang sebagai indikasi bahwa ia benar-benar membutuhkan dan menginginkan bantuan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.