Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setahun Kudeta, Banyak Tentara Myanmar Membelot dari Junta Militer

Kompas.com - 09/05/2022, 12:01 WIB
BBC News Indonesia,
Danur Lambang Pristiandaru

Tim Redaksi

NAYPYIDAW, KOMPAS.com - Myanmar dilanda perang saudara yang semakin mematikan, yang dimulai ketika Tatmadaw - angkatan bersenjata negara itu - merebut kekuasaan tahun lalu.

Kini, berkat bantuan sebuah jaringan bawah tanah yang menggunakan berbagai akun Facebook dan Telegram, tentara Myanmar berbondong-bondong melakukan desersi alias kabur meninggalkan dinas ketentaraan.

Agne Lay - bukan nama sebenarnya - sedang duduk di sebelah ponselnya, menunggu dengan sabar.

Baca juga: Militer Myanmar Mulai Gunakan Kewarganegaraan sebagai “Senjata” Lawan Pengkritik Rezim

Lima menit kemudian, dia menerima sebuah pesan pada gawainya.

Seorang tentara yang putus asa meminta pertolongan Agne Lay. Dia ingin meninggalkan Tatmadaw, namun takut jika tertangkap. Bisakah Lay membantu?

Agne Lay memberikan isyarat untuk mendukung oposisi sipil Myanmar

Pesan-pesan seperti ini muncul setiap hari, bukan hanya kepada Lay yang berusia 44 tahun, tapi juga kepada ratusan sukarelawan yang tergabung dalam People's Embrace (pelukan rakyat), sebuah jaringan sosial media yang membantu pembelotan para tentara dan polisi yang kecewa dengan pemerintah.

"Kami mengiklankan di Facebook bahwa mereka yang ingin desersi harus mengontak kami di Telegram," kata Lay kepada BBC, sambil mengambarkan skenario operasi melalui jaringan online dari lokasi yang dirahasikan di dalam wilayah Myanmar.

Baca juga: Junta Myanmar Akan Memusnahkan Semua Lawan Kudeta Militer

Agne Lay terlihat berhati-hati. Dia tidak menjelaskan secara spesifik bagaimana mereka beroperasi karena peningkatan infiltrasi yang dilakukan Tatmadaw ke jaringan mereka.

Walaupun demikian, BBC telah berbicara dengan beberapa mantan serdadu Tatmadaw yang menjelaskan secara luas bagaimana operasi itu bekerja.

Aksi pembelotan itu memunculkan resiko yang sangat besar. Lay mengatakan, dia tahu konsekuensi yang akan dihadapi jika ditangkap oleh para tentara Tatmadaw.

"Saya akan dieksekusi," katanya.

Baca juga: Siapa Rohingya dan Sejarah di Myanmar

Konflik berdarah

People's Embrace adalah halaman Facebook yang membantu tentara membelot. Spanduk bertuliskan Bantuan untuk personel polisi dan militer.FACEBOOK via BBC INDONESIA People's Embrace adalah halaman Facebook yang membantu tentara membelot. Spanduk bertuliskan Bantuan untuk personel polisi dan militer.

Perang saudara di Myanmar telah berubah menjadi semakin brutal setelah penggulingan pemerintah sipil oleh militer tahun lalu.

Pada 1 Februari 2021, setelah Aung San Suu Kyi terpilih kembali, Tatmadaw menggulingkan pemerintahan Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com