Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemimpin Kudeta Guinea Sebut Perlu 3 Tahun Transisi untuk Kembali ke Pemerintahan Sipil

Kompas.com - 02/05/2022, 09:01 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Reuters

CONAKRY, KOMPAS.com - Junta militer Guinea mengatakan transisi kembali ke pemerintahan sipil mungkin akan memakan waktu lebih dari tiga tahun.

Proposal itu dikhawatirkan kemungkinan akan mengganggu blok politik Afrika Barat yang telah menyerukan pengembalian cepat ke tatanan konstitusional.

Baca juga: Upaya Kudeta Guinea-Bissau Gagal, Presiden Selamat dari Baku Tembak, Investigasi Digelar

Kepada televisi pemerintah pada Sabtu (30/4/2022), Kolonel Mamady Doumbouya, kepala junta yang mengambil alih kekuasaan dalam kudeta September lalu, mengatakan bahwa setelah konsultasi politik dia mempertimbangkan transisi 39 bulan - pertama kali dia mengusulkan batas waktu.

Para pemimpin militer telah merebut kekuasaan di Mali, Burkina Faso dan Guinea selama dua tahun terakhir.

Kondisi ini meningkatkan kekhawatiran akan kemunduran demokrasi di Afrika Barat yang selama dekade terakhir mulai kehilangan reputasinya sebagai "sabuk kudeta".

Kudeta telah menempatkan negara-negara tersebut bertentangan dengan Komunitas Ekonomi Negara-negara Afrika Barat (ECOWAS), yang berusaha mengembalikan kekuasaan ke tangan warga sipil.

Baca juga: AS Hapus Ethiopia, Mali, dan Guinea dari Program Perdagangan Bebas Bea

ECOWAS telah memberlakukan sanksi terhadap Mali setelah para pemimpin militer mengusulkan untuk memegang kekuasaan hingga 2025.

Sanksi tersebut menyasar ekonominya, yakni dengan memutusnya dari perdagangan regional dan pasar keuangan.

ECOWAS telah memberi Mali 12-16 bulan untuk menyelenggarakan pemilihan umum yang demokratis.

Ketika para pemimpin Burkina Faso mengusulkan transisi 3 tahun ke pemerintahan sipil, ECOWAS menyerukan "batas waktu yang lebih dapat diterima". Tetapi seruan berakhir dengan menjatuhkan sanksi pada negara miskin itu.

ECOWAS juga menjatuhkan sanksi pada para pemimpin junta Guinea, tetapi tidak pada ekonomi yang lebih luas. Seorang juru bicara menolak berkomentar pada Minggu (1/5/2022) menurut laporan Reuters.

Baca juga: Guinea Nyatakan Wabah Virus Mematikan Marburg Resmi Berakhir

Doumbouya mengatakan dia akan mengajukan proposal itu ke Dewan Transisi Nasional, sebuah badan beranggotakan 80 orang yang dibentuk oleh junta untuk bertindak sebagai parlemen selama masa transisi menuju pemilihan.

Front Nasional untuk Pertahanan Konstitusi (FNDC), sebuah koalisi partai politik dan organisasi masyarakat sipil, mengutuk rencana tersebut.

"Koordinasi Nasional FNDC mengingatkan (Doumbouya) bahwa Dewan Transisi Nasional tidak dapat diterima, tidak dapat dibayangkan dan tidak dapat mendukung proposal junta yang tidak memiliki dasar hukum," katanya dalam sebuah pernyataan.

Doumbouya mengatakan bahwa 39 bulan adalah waktu rata-rata yang muncul dari konsultasi dengan partai politik dan kelompok masyarakat sipil, yang diboikot oleh lawan utamanya.

Tidak jelas kapan periode 39 bulan itu akan dimulai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Polisi AS Tangkapi Pedemo Pro-Palestina di Universitas Columbia

Polisi AS Tangkapi Pedemo Pro-Palestina di Universitas Columbia

Global
Abu Vulkanik Erupsi Gunung Ruang Sampai ke Malaysia

Abu Vulkanik Erupsi Gunung Ruang Sampai ke Malaysia

Global
Saat Tentara Ukraina Kecanduan Judi Online, Terlilit Utang, dan Jual Drone Militer...

Saat Tentara Ukraina Kecanduan Judi Online, Terlilit Utang, dan Jual Drone Militer...

Global
Rangkuman Hari Ke-979 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Jatuhkan Rudal ATACMS | Norwegia Percepat Bantuan ke Ukraina

Rangkuman Hari Ke-979 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Jatuhkan Rudal ATACMS | Norwegia Percepat Bantuan ke Ukraina

Global
China Kirim 2 Panda Zhu Yu dan Jin Xi ke Kebun Binatang Madrid

China Kirim 2 Panda Zhu Yu dan Jin Xi ke Kebun Binatang Madrid

Global
Mengapa Rencana Serangan Darat Israel ke Rafah di Gaza Begitu Dikecam?

Mengapa Rencana Serangan Darat Israel ke Rafah di Gaza Begitu Dikecam?

Global
Jerman Sambut Baik Keputusan Ekspor Senjata ke Israel

Jerman Sambut Baik Keputusan Ekspor Senjata ke Israel

Global
AS Disebut Akan Turunkan Ganja ke Golongan Obat Berisiko Rendah

AS Disebut Akan Turunkan Ganja ke Golongan Obat Berisiko Rendah

Global
Trump Didenda Rp 146 Juta dan Diancam Dipenjara karena Langgar Perintah Pembungkaman dalam Kasus Uang Tutup Mulut

Trump Didenda Rp 146 Juta dan Diancam Dipenjara karena Langgar Perintah Pembungkaman dalam Kasus Uang Tutup Mulut

Global
[POPULER GLOBAL] Rudal Korea Utara di Ukraina | Mahasiswa New York Rela Diskors demi Bela Palestina

[POPULER GLOBAL] Rudal Korea Utara di Ukraina | Mahasiswa New York Rela Diskors demi Bela Palestina

Global
Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Global
Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Global
Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Global
Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Global
Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com