Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Guinea Nyatakan Wabah Virus Mematikan Marburg Resmi Berakhir

Kompas.com - 19/09/2021, 07:13 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber CNN

CONAKRY, KOMPAS.com - Otoritas Kesehatan Guinea mengumumkan wabah virus Marburg yang mematikan di Guinea secara resmi berakhir.

Pengumuman itu disampaikan pada Kamis (16/9/2021) kurang dari enam minggu sejak kasus pertama penyakit itu terdeteksi di Afrika Barat.

Baca juga: Gali Lahan untuk Apartemen, Pekerja Temukan Kuburan Massal Korban Wabah Abad Ke-18

Tidak ada kasus lebih lanjut yang dikonfirmasi oleh petugas kesehatan yang memantau 170 kontak berisiko tinggi dari pasien pertama.

Pasien pertama tersebut didiagnosis setelah meninggal karena memiliki gejala yang mirip dengan demam berdarah yang sangat menular.

Wabah itu terjadi hanya dua bulan setelah negara itu dinyatakan bebas dari Ebola, menyusul gejolak singkat awal tahun ini yang menewaskan 12 orang.

"Hari ini kita dapat menunjukkan perkembangan kepiawaian penanganan wabah di Guinea dan kawasan yang telah menyelamatkan nyawa, menahan dan mencegah limpahan virus Marburg," kata Matshidiso Moeti, direktur regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Afrika.

"Tanpa tindakan segera dan tegas, penyakit yang sangat menular seperti Marburg dapat dengan mudah lepas kendali," katanya dalam sebuah pernyataan melansir CNN pada Sabtu (18/9/2021).

Baca juga: Kisah Misteri Pandemi 1916, Penyakit Tidur yang Buat Banyak Orang Mati dalam Lelap

Baik kasus Marburg dan kasus Ebola tahun ini terdeteksi di distrik Gueckedou Guinea, dekat perbatasan dengan Liberia dan Sierra Leone.

Kasus pertama epidemi Ebola 2014-2016, yang terbesar dalam sejarah, juga berasal dari daerah yang sama di kawasan hutan Guinea Tenggara.

Ada 12 wabah besar Marburg sejak 1967, sebagian besar di Afrika bagian selatan dan timur.

Tingkat kematian bervariasi dari 24 persen hingga 88 persen pada wabah di masa lalu tergantung pada jenis virus dan manajemen kasus, menurut WHO.

Penularan virus Marburg terjadi melalui kontak langsung dengan cairan dan jaringan tubuh yang terinfeksi.

Gejala virus Marburg termasuk sakit kepala, muntah darah, nyeri otot dan pendarahan melalui berbagai lubang.

Menurut laman resmi WHO, Marburg berasal dari famili yang sama dengan virus yang menyebabkan penyakit Ebola.

Virus ini diduga pertama kali mewabah secara bersamaan di Marburg dan Frankfurt di Jerman, dan di Beograd, Serbia pada 1967.

Baca juga: Paus Fransiskus Serukan kepada Eropa Tunjukkan Solidaritas untuk Pemulihan Ekonomi dari Pandemi Covid-19

Wabah virus Marburg disebut terkait dengan pekerjaan laboratorium menggunakan monyet hijau Afrika (Cercopithecus aethiops) yang diimpor dari Uganda.

Selanjutnya, wabah dan kasus sporadis telah dilaporkan di Angola, Republik Demokratik Kongo, Kenya, Afrika Selatan (pada seseorang dengan riwayat perjalanan baru-baru ini ke Zimbabwe) dan Uganda.

Pada 2008, dua kasus independen dilaporkan pada pelancong yang mengunjungi gua yang dihuni oleh koloni kelelawar Rousettus di Uganda.

Sementara infeksi ke manusia dengan penyakit virus Marburg awalnya akibat hasil dari kontak yang terlalu lama dengan tambang atau gua yang dihuni oleh koloni kelelawar Rousettus.

Baca juga: Hasil Studi Peringatkan Munculnya Pandemi Lain Seperti Covid-19 dalam 60 Tahun

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Global
PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

Global
Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Global
Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Global
Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Global
AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

Global
[POPULER GLOBAL] Miss Buenos Aires 60 Tahun tapi Terlihat Sangat Muda | Ukraina Mulai Pakai Rudal Balistik

[POPULER GLOBAL] Miss Buenos Aires 60 Tahun tapi Terlihat Sangat Muda | Ukraina Mulai Pakai Rudal Balistik

Global
Putin Berencana Kunjungi China pada Mei 2024

Putin Berencana Kunjungi China pada Mei 2024

Global
Eks PM Malaysia Mahathir Diselidiki Terkait Dugaan Korupsi 2 Anaknya

Eks PM Malaysia Mahathir Diselidiki Terkait Dugaan Korupsi 2 Anaknya

Global
TikTok Mungkin Segera Dilarang di AS, India Sudah Melakukannya 4 Tahun Lalu

TikTok Mungkin Segera Dilarang di AS, India Sudah Melakukannya 4 Tahun Lalu

Global
Suhu Panas Tinggi, Murid-murid di Filipina Kembali Belajar di Rumah

Suhu Panas Tinggi, Murid-murid di Filipina Kembali Belajar di Rumah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com