Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keputusasaan Warga Shanghai, Lockdown Covid Terus Diperpanjang, Stok Makanan Minim

Kompas.com - 18/04/2022, 15:29 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Guardian

Hu Xijin, mantan editor tabloid Global Times yang dikelola negara, dalam sebuah komentarnya menilai kematian Qian meningkatkan kesan bahwa perang melawan Covid-19 Shanghai telah membuat para pejabat “kewalahan”.

Namun dia bersikeras bahwa terlepas dari tragedi itu, Shanghai “harus mencapai pembersihan Covid” untuk kepentingan negara.

Kata-katanya telah digaungkan dalam beberapa hari terakhir oleh para pemimpin paling senior China.

Baca juga: China Laporkan Temuan Lebih dari 13.000 Kasus Omicron, Shanghai yang Terparah

Pada Rabu (13/4/2022), Presiden China Xi Jinping mengatakan kepada para pejabatnya: “(Agar mereka) perlu mengatasi pikiran tak berdaya, kelelahan perang (Covid-19) … dan mentalitas yang lemah.”

Sementara pada Jumat (15/4/2022), wakil perdana menteri Sun Chunlan menegaskan kembali komitmen teguh pemerintah untuk menerapkan strategi "nol Covid".

Krisis pasokan dan kerentanan China

Ketegangan antara garis keras pihak berwenang dan protes akar rumput terhadap kekurangan pangan telah mengungkap dilema bagi Beijing akan penerapan strategi "nol Covid".

“Krisis pasokan makanan di Shanghai telah menjadi masalah utama yang mengejutkan penduduk Shanghai dan membuat mereka mempertanyakan strategi anti-Covid,” kata Prof Jane Duckett, seorang pengikut lama politik dan masyarakat Shanghai di Universitas Glasgow sebagaimana dilansir Guardian.

Masalahnya, kata dia, tanpa logistik yang lebih baik dalam pasokan makanan dan kebutuhan pokok lainnya, ada tekanan untuk melonggarkan pembatasan. Akan tetapi relaksasi kemungkinan akan menyebabkan penyebaran virus, dan pemandangan seperti Covid-19 Hong Kong.

“Protes dan ketidakstabilan tampaknya tidak dapat dihindari.”

Para ahli mengatakan meskipun berkembang seruan di luar negeri agar China membuang strategi nol Covid-nya, masalah rendahnya tingkat vaksinasi pada populasi rentan (60 tahun ke atas), akan menimbulkan bencana pada sistem perawatan China.

Baca juga: Shanghai Tak Akan Lockdown meski Covid-19 Melonjak, Mulai Tinggalkan Strategi Nol-Covid?

Pada 5 April, lebih dari 92 juta warga China berusia 65 tahun ke atas masih belum menerima tiga dosis vaksin. Ini membuat mereka berisiko lebih besar tertular gejala parah atau meninggal akibat virus.

Lebih mengkhawatirkan lagi, 20,2 juta orang berusia 80 tahun ke atas juga belum sepenuhnya divaksinasi.

“Kepemimpinan China telah terpojok,” kata Yanzhong Huang, seorang rekan senior di lembaga pemikir Dewan Hubungan Luar Negeri yang berbasis di New York.

Victor Shih, Pakar Politik Elit China di University of California San Diego menilai apa yang terjadi di Shanghai dan di tempat lain di China akan memiliki konsekuensi politik menjelang kongres nasional ke-20 Partai Komunis akhir tahun ini.

“Partai biasanya menginginkan lingkungan ekonomi dan politik yang lancar menuju kongres. Tetapi Covid dan berbagai cara kota-kota China menanggapinya akan menciptakan lingkungan yang sangat menantang bagi partai,” katanya.

Adapun menurutnya bagi penduduk Shanghai, yang memiliki reputasi tidak tertarik pada politik, masalah mendesak sekarang adalah melewati periode ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Global
PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

Global
Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Internasional
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Global
Anak Muda Korsel Mengaku Siap Perang jika Diserang Korut

Anak Muda Korsel Mengaku Siap Perang jika Diserang Korut

Global
Demonstran Pro-Palestina di UCLA Bentrok dengan Pendukung Israel

Demonstran Pro-Palestina di UCLA Bentrok dengan Pendukung Israel

Global
Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Global
Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Global
30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

Internasional
Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Global
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
[KABAR DUNIA SEPEKAN] Tabrakan Helikopter Malaysia | Artefak Majapahit Dicuri

[KABAR DUNIA SEPEKAN] Tabrakan Helikopter Malaysia | Artefak Majapahit Dicuri

Global
Bangladesh Liburkan 33 Murid dan Mahasiswa karena Cuaca Panas

Bangladesh Liburkan 33 Murid dan Mahasiswa karena Cuaca Panas

Global
Dilema Sepak Bola Hong Kong, dari Lagu Kebangsaan hingga Hubungan dengan China

Dilema Sepak Bola Hong Kong, dari Lagu Kebangsaan hingga Hubungan dengan China

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com