Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Putin Minta Negara Tak Bersahabat Membayar Gas Rusia dalam Rubel, Apa Alasannya?

Kompas.com - 07/04/2022, 22:02 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Al Jazeera

MOSKWA, KOMPAS.com - Presiden Rusia Vladimir Putin telah menandatangani dekrit yang mewajibkan negara-negara tak bersahabat membayar gas Rusia dalam rubel mulai Jumat (1/4/2022), menggunakan rekening khusus di bank Rusia, atau kontrak mereka akan dihentikan.

Langkahnya ditolak oleh pemerintah negara-negara di Eropa. Jerman, penggerak utama industri Eropa, menyebut perintah Putin sebagai "pemerasan politik".

Baca juga: Sejak Perang Ukraina, Uni Eropa Rupanya Gelontorkan Rp 549 Triliun Beli Energi Rusia

Apa yang yang mendasari perintah Putin?

Perintah Putin merupakan pembalasan atas sanksi Barat ke Rusia, yang belum pernah terjadi sebelumnya, atas invasi Rusia ke Ukraina. Moskwa menilai hal itu mirip dengan perang ekonomi.

“Jika pembayaran seperti itu (dalam rubel) tidak dilakukan, kami akan menganggap ini sebagai pelanggaran dari pihak pembeli, dengan semua konsekuensi berikutnya. Tidak ada yang menjual apa pun kepada kami secara gratis, dan kami juga tidak akan melakukan amal – artinya, kontrak yang ada akan dihentikan,” kata Putin pada Kamis (31/3/2022).

Rubel jatuh ke posisi terendah dalam sejarahnya, setelah Putin mengirim pasukannya ke Ukraina pada 24 Februari.

Amerika Serikat (AS) dan sekutunya kemudian bergerak menghapus Rusia dari sistem pembayaran global, memutus bank sentralnya dari pasar modal, dan membekukan ratusan miliar dollar cadangannya.

Mata uang Rusia telah pulih setelah keputusan Putin untuk memberlakukan pembayaran rubel, seminggu setelah presiden Rusia pertama kali mengatakan akan mulai menjual gasnya ke "negara-negara yang tidak bersahabat" dalam rubel.

Baca juga: Putin ke Eropa: Bayar dengan Rubel Mulai 1 April atau Pasokan Gas Dihentikan

Eropa, sejauh ini menghabiskan 200 juta euro hingga 800 juta euro per hari untuk gas Rusia. Penjualan ini sudah sangat melemahkan efek sanksi, terlepas dari bagaimana pembayaran dilakukan. Mengubah pembayaran menjadi rubel, yang telah menguat, juga akan meningkatkan pundi-pundi Rusia.

Dilansir dari Al Jazeera, ada juga tujuan politik dari langkah Putin. Itu akan memaksa negara-negara Barat untuk menghindari sanksi mereka sendiri, dengan mau tak mau harus berurusan dengan bank sentral Moskwa yang masuk daftar hitam, atau pasokan mereka dipotong.

Mengapa ini penting?

Eropa sangat bergantung pada sumber energi Rusia untuk kebutuhannya, dengan sekitar 40 persen gasnya berasal dari negara itu.

Jika Moskwa memutuskan untuk mematikan keran, hal itu dapat memicu kekurangan pasokan, penutupan pabrik, dan menaikkan ongkos energi di seluruh wilayah.

Taruhannya sangat tinggi untuk Jerman, kekuatan ekonomi dan industri terbesar di Eropa. Sebelum perang dimulai, 55 persen impor gasnya berasal dari Rusia, meski itu turun menjadi 40 persen pada kuartal pertama 2022.

Baca juga: Belgia Tunda Penghapusan Energi Nuklir hingga 2035, Imbas Invasi Rusia dan Naiknya Harga

Pemerintah Jerman telah mempercepat rencana untuk menghentikan penggunaan gas Rusia dan mendiversifikasi pasokannya. Fase pertama dari rencana darurat tiga langkah juga sudah aktif, dengan risiko penjatahan listrik jika pasokan gas terlalu rendah.

Harga gas Belanda, patokan Eropa, telah mencapai rekor tertinggi tahun ini di tengah kekhawatiran pasokan. Kondisi itu memicu inflasi di kawasan dan meningkatkan risiko resesi.

Negara mana yang diharapkan Rusia membayar dengan Rubel?

Daftar negara-negara yang “tidak bersahabat” dibuat dari negara-negara yang telah mengeluarkan sanksi.

Mereka termasuk AS, negara-negara anggota Uni Eropa (UE), Kanada, Jepang, Norwegia, Singapura, Korea Selatan, Swiss, Ukraina, dan Inggris. Beberapa, termasuk AS dan Norwegia, bukan pembeli gas Rusia.

Baca juga: Uni Eropa Siap Lepas Ketergantungan Impor Energi dari Rusia, Ini Opsi Penggantinya

Apa yang akan dilakukan pembeli asing?

Sejauh ini, tampaknya tidak mungkin pembeli asing akan beralih. Negara-negara Barat mengatakan pembayaran dalam rubel akan melanggar kontrak, yang bisa memakan waktu berbulan-bulan atau lebih untuk dinegosiasikan ulang.

“Tidak banyak kemungkinan Eropa membayar langsung dalam rubel,” kata Christian Lawrence, ahli strategi pasar senior di Rabobank dilansir dari Al Jazeera.

“Putin sudah cukup jelas bahwa dia membutuhkan rubel untuk gas itu. Jadi jika itu terjadi, saya pikir dia akan menggunakan pihak ketiga. Tapi kita harus menunggu dan melihat bagaimana hasilnya."

Bagaimana printah Putin diterapkan jika pembeli mau beralih?

Perintah Putin menjadikan Gazprombank sebagai perantara dalam perdagangan gas.

Pembeli asing sekarang diwajibkan untuk mentransfer mata uang asing ke satu rekening khusus, yang disebut “K”, di pemberi pinjaman. Gazprombank kemudian akan membeli rubel atas nama pembeli gas untuk mentransfer rubel ke akun "K" khusus lainnya.

Baca juga: Jerman, Inggris, dan Belanda Peringatkan Eropa: Jangan Setop Impor Energi dari Rusia

Inggris menempatkan Gazprombank dalam daftar entitas terlarang awal bulan ini. Itu tidak termasuk dalam pesanan Uni Eropa yang mengecualikan beberapa bank Rusia dari sistem pesan SWIFT.

Analis di Fitch Solutions menilai langkah itu kemungkinan dilakukan Kremlin karena takut Gazprombank akan segera dikenai sanksi juga, di tengah tawaran yang lebih luas oleh Uni Eropa untuk memutuskan hubungan sepenuhnya dengan energi Rusia.

“Kontrak jangka panjang untuk pembelian gas alam dari Rusia dalam mata uang EUR (euro) dan oleh karena itu, tanpa negosiasi ulang kontrak, tidak ada dasar hukum bagi Rusia untuk menegakkan permintaan ini.”

Apa yang akan terjadi selanjutnya?

Hal ini tidak jelas. Menurut Fitch Solutions, Rusia harus secara fisik menghentikan aliran gas ke UE untuk memaksakan perintah Putin, yang akan menandai “eskalasi besar yang bahkan tidak dilakukan pada puncak Perang Dingin”.

Sementara itu, blok tersebut dapat menaikkan taruhan dengan membatasi ekspor energi Rusia.

Komisi Eropa dilaporkan sedang mempersiapkan sanksi baru terhadap Kremlin, besarnya tindakan baru tergantung pada sikap Moskwa pada pembayaran gas dalam rubel.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com