Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Macron dan Scholz Desak Putin untuk Setop Pengepungan Kota Mariupol

Kompas.com - 13/03/2022, 07:01 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP

PARIS, KOMPAS.com - Presiden Perancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Olaf Scholz bersama-sama pada Sabtu (12/3/2022), mendesak Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengakhiri pengepungan mematikan selama berhari-hari di Kota Mariupol, Ukraina.

Hal ini disampaikan oleh Kantor Kepresidenan Perancis setelah diadakan pembicaraan di antara ketiga pemimpin negara tersebut lewat sambungan telepon.

"Situasinya sangat sulit dan (tindakan pasukan Rusia) tidak dapat ditoleransi secara manusiawi di Mariupol," kata seorang sumber di Istana Kepresidenan Elysee, setelah diadakan pertemuan secara virtual yang disebutnya sebagai "diskusi yang sangat jujur dan sulit" dengan pemimpin Rusia.

Baca juga: Perancis Bantah Macron Minta Putin Bangun Koridor Evakuasi Warga Ukraina ke Rusia dan Belarus

"Satu-satunya keputusan yang harus diambil Presiden Putin adalah mencabut pengepungan," ungkap sumber itu, dikutip dari AFP.

Kantor Presiden Perancis Emmanuel Macron juga menuduh Putin "berbohong" karena menuding pasukan Ukraina telah melakukan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dengan menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia.

Menurut sumber di kantor para Pemimpin Perancis dan Jerman, panggilan telepon tiga arah yang berlansung selama 75 menit antara Macron, Putin, dan Olaf Scholz berfokus pada seruan Perancis dan Jerman untuk gencatan senjata segera dan langkah-langkah menuju solusi diplomatik.

Sumber itu mengunkap, Macron mengatakan kepada Putin, bahwa pelanggaran tentara Rusia harus dihentikan, memperingatkan bahwa tindakannya dapat memenuhi syarat sebagai kejahatan perang.

Baca juga: Jawaban atas Misteri Penggunaan Meja Sangat Besar saat Putin Temui Macron di Moskwa

Sumber di kantor Presiden Perancis dan Kanselir Jerman mengatakan, kedua pemimpin berbicara secara terpisah sebelum melakukan panggilan telepon dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang memohon kepada mereka untuk meminta Putin menghentikan pertempuran.

Pasukan Rusia telah mendekati Ibu Kota Ukraina Kyiv dan membombardir beberapa kota lain.

Serangan itu telah mengusir jutaan warga Ukraina dari rumah mereka.

Zelensky juga meminta para pemimpin untuk membantu mengamankan pembebasan Wali Kota Melitpol, yang katanya telah diculik oleh pasukan Rusia.

"Kami memberikan tekanan maksimum dan kami tidak akan menyerah," kata Kepresidenan Perancis.

Menurut mereka, Macron telah menuntut dengan sangat kuat agar konflik berhenti secepat mungkin untuk menghindari hal-hal terburuk, termasuk Rusia menggunakan senjata terlarang atau menghancurkan kota-kota.

Presiden AS Joe Biden pada Jumat (10/3/2022), bersumpah bahwa Rusia akan membayar "harga yang mahal" jika menggunakan senjata kimia di Ukraina.

Baca juga: Pilpres Perancis Makin Dekat, Emmanuel Macron Buktikan Ekonomi Lebih Maju

Macron telah mengambil peran utama dalam mencoba untuk terlibat dengan Putin atas serangan Rusia.

Elysee mengatakan mereka telah melakukan sembilan percakapan dengan pemimpin Rusia itu sejak bertemu dengannya di Kremlin pada 7 Februari. Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

Global
PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

Global
Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Global
13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

Global
Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Global
Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Global
Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Global
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Global
2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

Global
AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

Global
Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Global
Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Global
China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com