Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taktik Rusia di Ukraina Mirip dengan Perang Suriah

Kompas.com - 11/03/2022, 19:34 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

MOSKWA, KOMPAS.com - Mengepung kota, menembaki infrastruktur sipil, dan mengatur "koridor aman": taktik yang digunakan Rusia di Ukraina mencerminkan taktik yang diuji dan dirancang sedemikian rupa untuk menghabisi musuh dalam konflik Suriah.

Namun, tidak sama persis seperti di Suriah, tantangan yang dihadapi Rusia dari tentara yang didukung Barat di Ukraina tentu berbeda daripada pemberontak Suriah yang tidak memiliki kekuatan militer atau dukungan internasional besar, kata para analis yang dikutip AFP, Kamis (10/3/2022).

Rusia memasuki perang saudara Suriah pada 2015 di pihak rezim Presiden Bashar Al-Assad, yang membuat kubu Damaskus meraih kemenangan menentukan dalam konflik puluhan tahun tersebut.

Baca juga: Kenapa Invasi Rusia ke Ukraina Melambat, Mungkin Ini Tujuannya...

Sejak Presiden Vladimir Putin memerintahkan invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari, puluhan ribu tentara Rusia menyerbu Ukraina. Mereka menembaki pusat-pusat kota, membuat warga sipil harus mengungsi, sehingga memicu amarah internasional.

Rusia membantah menargetkan wilayah sipil di Ukraina, tetapi banyak bukti menunjukkan sebaliknya. Negara-negara kuat Barat dan kelompok-kelompok hak asasi juga menuduh Moskwa melakukan kemungkinan kejahatan perang.

Seorang sumber militer Perancis mengatakan, operasi Rusia di Ukraina menandai perubahan skala.

"Suriah adalah teater kecil," katanya kepada AFP tanpa menyebut nama.

Akan tetapi, banyak taktik yang dikerahkan di Ukraina diadopsi dari pertempuran Rusia di Suriah, saat mereka menguji sistem senjata dan memperoleh pengalaman tempur yang vital.

"Bagi Rusia, Suriah adalah tempat pelatihan untuk pria dan peralatannya," kata analis Fabrice Balanche.

Strategi "meneror" warga sipil

Gambar ini diambil dari video yang disediakan oleh Dewan Kota Mariupol menunjukkan dampak dari Rumah Sakit Mariupol setelah serangan, di Mariupol, Ukraina, Rabu 9 Maret 2022. MARIUPOL CITY COUNCIL via AP PHOTO Gambar ini diambil dari video yang disediakan oleh Dewan Kota Mariupol menunjukkan dampak dari Rumah Sakit Mariupol setelah serangan, di Mariupol, Ukraina, Rabu 9 Maret 2022.
Rusia sudah lama dituduh oleh kelompok-kelompok hak asasi manusia mendukung rezim Suriah dalam mengepung penduduk sipil dan mengebom infrastruktur untuk memancing pemberontak keluar dari daerah-daerah utama.

Untuk mendukung Assad, "tujuan pertama Rusia di Suriah adalah merebut kembali kota-kota besar," termasuk pusat ekonomi Aleppo dan distrik yang dikuasai pemberontak di sekitar Damaskus, terang Balanche.

Di Ukraina, masuknya pasukan Rusia ke kota-kota besar termasuk Kyiv, Kharkiv, dan Odessa mengikuti pola yang sama, tetapi dimaksudkan untuk melucuti legitimasi dari pihak berwenang di sana, lanjutnya.

Balanche memaparkan, pemboman Rusia tanpa pandang bulu terhadap rumah sakit dan sekolah adalah aspek lain dari konflik Suriah yang terjadi di Ukraina sebagai bagian dari strategi untuk "meneror" warga sipil.

Setidaknya 270 fasilitas medis di Suriah diserang oleh Rusia dan rezim Assad sejak 2011, menurut Syrian Archive, organisasi nirlaba yang mengarsipkan materi digital dari perang.

Rusia juga menargetkan sekolah-sekolah dan pasar-pasar dalam serangan Aleppo pada 2016 dan pertempuran sengit 2019-2020 terhadap pemberontak di provinsi tetangga Idlib, benteng oposisi besar terakhir negara itu, menurut kelompok hak asasi.

Baca juga: Terkepung Rusia, Warga Kota Mariupol Mulai Saling Serang untuk Dapatkan Makanan dan Bensin

"Rusia mengebom target militer... kemudian infrastruktur kesehatan dan energi untuk membuat warga sipil tidak mungkin hidup dan dan mendorong mereka pergi," ujar Balanche kepada AFP.

"Begitu warga sipil pergi, lebih mudah bagi tentara untuk bergerak maju."

Bulan lalu, Human Rights Watch dan Amnesty International menuduh Rusia menggunakan bom tandan di sebuah rumah sakit dan sekolah di Kharkiv, dengan mengatakan serangan itu bisa termasuk kejahatan perang.

Pada Rabu (9/3/2022), pasukan Rusia dilaporkan mengebom sebuah rumah sakit anak-anak di kota Mariupol, Ukraina, yang menurut Kyiv menewaskan tiga orang,termasuk seorang anak perempuan.

Serangan itu memicu kemarahan internasional dan banyak negara-negara kuat dunia menuduh Rusia melakukan kekejaman.

Medan perang yang berbeda

Sistem pelontar TOS-1 pembawa bom termobarik, salah satu senjata Rusia paling mematikan, saat dipamerkan dalam parade militer di Moskwa.TASS/VALERY SHARIFULIN via THE GUARDIAN Sistem pelontar TOS-1 pembawa bom termobarik, salah satu senjata Rusia paling mematikan, saat dipamerkan dalam parade militer di Moskwa.
Strategi lainnya yang mirip adalah Rusia mengumumkan koridor aman untuk memungkinkan warga sipil keluar dari kota-kota Ukraina yang dikepungnya.

Ini adalah strategi yang sudah dicoba dan diuji di Suriah, tetapi terkadang menimbulkan kematian, korban luka-luka, dan penahanan warga sipil yang mencoba melarikan diri dari distrik pemberontak yang terkepung tanpa jaminan internasional, menurut para ahli.

Rusia juga menghadapi medan perang yang berbeda di Ukraina, sehingga perlu mengerahkan armada yang jauh lebih besar dan intervensinya berisiko tinggi.

"Di Suriah, Rusia utamanya mengandalkan kekuatan udara dan unit khusus tertentu untuk memberi saran dan membantu pasukan pro-Assad," kata Nicholas Heras dari Newlines Institute di Washington.

"Sedangkan di Ukraina, Rusia mengerahkan kekuatan tempur (utama)," tambahnya.

Baca juga: Mengenal Koridor Kemanusiaan dalam Situasi Perang

Perbedaan besar lainnya, menurut Heras, menyangkut kemampuan lawan Rusia.

Di Ukraina, Rusia dihadapkan oleh tentara yang dipersenjatai dan didukung oleh negara-negara Barat, kata Heras, yang menunjukkan kemampuan anti-udara dan anti-armornya.

Sementara itu, "Rusia terlibat dalam perang liga kecil di Suriah yang mereka dominasi total," tambahnya.

Menurut Anton Mardasov ahli non-residen di Russian International Affairs Council, Moskwa sekarang memiliki pemahaman yang lebih tajam tentang sistem persenjataannya.

Rusia "memperbaiki banyak kekurangan dari senjata berbasis darat, laut, dan udara presisi tinggi yang diidentifikasi selama penggunaan sistem rudal di Suriah," katanya kepada AFP.

"Di Ukraina, senjata presisi tinggi digunakan cukup aktif dan akurat."

Baca juga: Bom Termobarik, Senjata Rusia Paling Mematikan yang Dibawa ke Ukraina

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Anggota Kabinet Perang Israel Ron Dermer Sebut Tak Ada Kelaparan di Gaza, Kok Bisa? 

Anggota Kabinet Perang Israel Ron Dermer Sebut Tak Ada Kelaparan di Gaza, Kok Bisa? 

Global
Amelia Earhart, Perempuan Pertama yang Melintasi Atlantik

Amelia Earhart, Perempuan Pertama yang Melintasi Atlantik

Internasional
6 Fakta soal Helikopter Presiden Iran, Termasuk Buatan AS dan Sudah Usang

6 Fakta soal Helikopter Presiden Iran, Termasuk Buatan AS dan Sudah Usang

Global
Rusia Umumkan Mulai Latihan Peluncuran Senjata Nuklir Taktis

Rusia Umumkan Mulai Latihan Peluncuran Senjata Nuklir Taktis

Global
Penumpang yang Tewas dalam Singapore Airlines Berencana Berlibur ke Indonesia

Penumpang yang Tewas dalam Singapore Airlines Berencana Berlibur ke Indonesia

Global
[POPULER GLOBAL] Singapore Airlines Turbulensi Parah | Hasil Penyelidikan Awal Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

[POPULER GLOBAL] Singapore Airlines Turbulensi Parah | Hasil Penyelidikan Awal Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

Global
Presiden Iran Meninggal, Turkiye Adakan Hari Berkabung

Presiden Iran Meninggal, Turkiye Adakan Hari Berkabung

Global
Saat Pesawat Singapore Airlines Menukik 6.000 Kaki dalam 3 Menit...

Saat Pesawat Singapore Airlines Menukik 6.000 Kaki dalam 3 Menit...

Global
Menlu Jerman: Ukraina Butuh Segera Tingkatkan Pertahanan Udara untuk Lawan Rusia

Menlu Jerman: Ukraina Butuh Segera Tingkatkan Pertahanan Udara untuk Lawan Rusia

Global
Singapore Airlines Turbulensi Parah, Penumpang Terlempar ke Kabin Bagasi

Singapore Airlines Turbulensi Parah, Penumpang Terlempar ke Kabin Bagasi

Global
Presiden Raisi Meninggal, Kedubes Iran Sampaikan Terima Kasih atas Belasungkawa Indonesia

Presiden Raisi Meninggal, Kedubes Iran Sampaikan Terima Kasih atas Belasungkawa Indonesia

Global
Sosok Jacob Zuma, Mantan Presiden Afrika Selatan yang Didiskualifikasi dari Pemilu Parlemen

Sosok Jacob Zuma, Mantan Presiden Afrika Selatan yang Didiskualifikasi dari Pemilu Parlemen

Internasional
Gelombang Panas India Capai 47,4 Derajat Celsius, Sekolah di New Delhi Tutup

Gelombang Panas India Capai 47,4 Derajat Celsius, Sekolah di New Delhi Tutup

Global
ChatGPT Tangguhkan Suara AI Mirip Scarlett Johansson

ChatGPT Tangguhkan Suara AI Mirip Scarlett Johansson

Global
Pesawat Singapore Airlines Alami Turbulensi Parah, 1 Penumpang Tewas, 30 Terluka

Pesawat Singapore Airlines Alami Turbulensi Parah, 1 Penumpang Tewas, 30 Terluka

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com