Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Upaya Rusia Dekati Afrika Berbuah Dukungan Politik

Kompas.com - 11/03/2022, 15:01 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Pada 2 Maret lalu, Majelis Umum PBB di New York diminta untuk memberikan suara pada resolusi yang menyerukan agar Rusia menarik mundur pasukannya dari Ukraina dengan "segera, sepenuhnya dan tanpa syarat."

Sebanyak 141 dari 193 anggota PBB memberikan suara mendukung resolusi tersebut — sebuah sinyal kuat kecaman komunitas internasional atas invasi Rusia ke Ukraina.

Dari 54 negara Afrika, 28 negara memberi suara memihak ke Ukraina dan menyetujui resolusi itu, Eritrea memberi suara menentang. Kamerun, Etiopia, Guinea, Guinea-Bissau, Burkina Faso, Togo, Eswatini, dan Maroko tidak hadir.

Sedangkan sisanya, 15 negara, memberi suara abstain, yaitu Aljazair, Uganda, Burundi, Republik Afrika Tengah, Mali, Senegal, Guinea Khatulistiwa, Kongo Brazzaville, Sudan, Sudan Selatan, Madagaskar, Mozambik, Angola, Namibia, Zimbabwe, dan Afrika Selatan memberi suara abstain.

Baca juga: Rusia Klaim Telah Evakuasi 179.000 Orang Tanpa Partisipasi Ukraina

Hubungan bersejarah Afrika dengan Uni Soviet

Beberapa negara Afrika seperti Angola, Mozambik, Zimbabwe, dan Namibia memang memiliki "persahabatan bersejarah dalam pikiran" dengan Uni Soviet dulu, kata N'Kilumbu, ilmuwan politik dari Angola.

"Terutama di Angola dan Mozambik, hampir tidak ada perubahan politik sejak era Perang Dingin. Dan itulah mengapa tali pusar yang menghubungkan negara-negara ini ke Moskwa tidak pernah terputus," jelasnya.

"Di tingkat militer, kami masih memiliki instruktur Rusia. Akademi militer kami dipengaruhi Rusia,” tambahnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, Rusia memang semakin sering menggunakan koneksi Soviet yang bersejarah ini untuk memperluas hubungannya dengan Afrika.

Pada 2019, Vladimir Putin menjadi tuan rumah KTT Rusia-Afrika yang dihadiri oleh 43 pemimpin Afrika. Hanya satu tahun kemudian, Rusia menjadi pemasok senjata terbesar di Afrika.

Baca juga: Balas Sanksi Barat, Rusia Larang Ekspor Barang dan Komoditas Ini hingga Akhir 2022

Mempersenjatai Republik Afrika Tengah

Upaya Rusia terlihat jelas misalnya di Republik Afrika Tengah. Tahun 2017, Rusia mengirimkan senjata, termasuk Kalashnikov dan rudal ke negara yang sedang dilanda perang.

Pada 2018, penasihat militer Rusia dikirim dengan tujuan resmi untuk melatih angkatan bersenjata lokal. Banyak perusahaan Rusia lalu menerima lisensi untuk menambang emas dan berlian di negara itu.

Presidennya, Faustin-Archange Touadera, sekarang juga dikawal oleh satuan Rusia. Mantan pegawai dinas intelijen domestik Rusia FSB, Valery Sakharov, sekarang menjadi penasihat keamanan utama presiden.

Baca juga: Pasukan Rusia Semakin Dekat ke Kyiv, Ukraina Siap Bikin Benteng

Tidak mengherankan jika Sabtu (5/3/2022) di ibu kota Afrika Tengah, Bangui, muncul aksi demonstrasi mendukung serangan Rusia ke Ukraina, dengan plakat dan slogan-slogan seperti "Rusia, CAR bersama Anda" dan "Rusia selamatkan Donbas".

Penulis dan intelektual Guinea Tierno Monenembo percaya bahwa banyak negara Afrika tidak akan pernah melepaskan diri dari cengkeraman Rusia, terutama karena ketergantungan mereka yang meningkat pada kekuatan militer Moskow. Dengan latar belakang ini, katanya, keputusan 25 negara Afrika untuk tidak mengutuk invasi Rusia ke Ukraina dapat dimengerti.

"Dalam situasi seperti itu, sulit bagi negara-negara Afrika untuk mengambil sikap," katanya. "Ketika Anda kecil, ketika Anda lemah, jika Anda tidak bersenjata dan kurang berkembang, Anda ingin terlibat dalam konflik antara negara adidaya militer. Itu urusan para pemain besar."

Baca juga: PBB Akan Bahas Dugaan Pembuatan Senjata Boligis di Ukraina Atas Permintaan Rusia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com