Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Australia Dilanda Banjir Terburuk dalam Satu Dekade, Puluhan Ribuan Orang Mengungsi

Kompas.com - 02/03/2022, 06:45 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AP

BRISBANE, KOMPAS.com - Puluhan ribu orang diperintahkan untuk mengungsi dari rumah mereka pada Selasa (1/3/2022) dan ratusan ribu lainnya diminta bersiap untuk melarikan diri ketika bagian dari pantai tenggara Australia dibanjiri oleh banjir terburuk dalam lebih dari satu dekade. Sedikitnya 10 orang tewas.

Perdana Menteri New South Wales Dominic Perrottet mengatakan ada 1.000 penyelamatan di negara bagian itu pada Selasa (1/3/2022), dan lebih dari 6.000 panggilan kepada pihak berwenang untuk membantu.

Baca juga: Banjir Terjang Malaysia Lagi, 12.000 Orang Mengungsi

Puluhan penduduk, beberapa dengan hewan peliharaan, menghabiskan berjam-jam terperangkap di atap mereka di tepi sungai yang naik dengan cepat di kota Lismore di utara negara bagian itu.

Mayat seorang wanita berusia 80-an ditemukan oleh seorang tetangga di rumahnya di Lismore pada Selasa (1/3/2022), kata sebuah pernyataan polisi. Tidak ada rincian bagaimana dia meninggal.

Lusinan mobil terjebak di sebuah jembatan di kota terdekat Woodburn pada Senin (28/2/2022) malam dengan kedua sisi jembatan terendam. Hingga 50 orang diselamatkan dari jembatan pada Selasa (1/3/2022) pagi, kata para pejabat.

“Kami tidak memiliki kemampuan untuk mengeluarkan mereka dalam kegelapan, jadi kami hanya harus memastikan bahwa mereka bersembunyi dan kami pergi pagi ini dan mengeluarkan mereka semua,” kata Komandan Layanan Darurat Negara Bagian Woodburn, Ashley Slapp.

Baca juga: 136 Korban Tewas, 218 Masih Hilang akibat Banjir Bandang dan Longsor Brasil

Air banjir bergerak ke selatan ke New South Wales dari negara bagian Queensland, dalam bencana terburuk di wilayah tersebut sejak apa yang digambarkan sebagai peristiwa sekali dalam satu abad pada 2011.

Perrottet mengatakan 40.000 orang telah diperintahkan untuk mengungsi, sementara 300.000 lainnya ditempatkan di bawah peringatan evakuasi.

Seorang pria terlihat membersihkan barang-barang dari rumahnya di Fairfield di Brisbane, Australia, Selasa, 1 Maret 2022.
AP PHOTO/TERTIUS PICKARD Seorang pria terlihat membersihkan barang-barang dari rumahnya di Fairfield di Brisbane, Australia, Selasa, 1 Maret 2022.

Ahli meteorologi pemerintah Jonathan Howe menggambarkan curah hujan baru-baru ini di utara New South Wales dan Queensland selatan sebagai "astronomis."

Sembilan dari 10 kematian yang dilaporkan sejauh ini berada di Queensland. Seorang pria berusia 76 tahun yang menghilang dengan kendaraannya di banjir barat laut Brisbane pada Minggu (27/2/2022) telah dipastikan tewas.

Komisaris Polisi Queensland Katarina Carroll mengatakan seorang pria lain berusia 70-an masih hilang, setelah jatuh dari kapal pesiarnya yang ditambatkan di ibu kota negara bagian Brisbane ke sungai yang meluap pada Sabtu (26/2/2022).

Baca juga: Peneliti Singapura: Ada Dampak Perubahan Iklim yang Lebih Berbahaya dari Banjir dan Kekeringan!

Pembersihan sedang berlangsung di Brisbane, kota terpadat ketiga di Australia, meskipun ada lebih banyak badai diperkirakan akan terjadi akhir pekan ini.

Walikota Brisbane Lord Adrian Schrinner mendesak orang-orang untuk mendaftar ke “Tentara Lumpur”, karena ribuan sukarelawan dimobilisasi untuk membantu setelah banjir dijuluki seperti peristiwa 2011.

Schrinner mengatakan curah hujan enam hari di pusat kota Brisbane - 792,8 millimeter (31,2 inci) sampai Senin (1/3/2022) pagi. Ini secara signifikan lebih tinggi dari rekor sebelumnya 655,8 millimeter (25,8 inci) yang ditetapkan ketika banjir menghancurkan kota pada 1974.

Ahli meteorologi Rick Threlfall dan Steve Hadley mengatakan pengukur cuaca mencatat curah hujan 950 milimeter (37 inci) dalam tiga hari. Sementara rata-rata Brisbane adalah sekitar 1.200 millimeters (47 inci) untuk tahun ini.

“Jadi kami memiliki 80 persen curah hujan tahunan dalam tiga hari,” ungkap ahli meteorologi yang pindah dari Inggris ke Australia dan telah tinggal di Newmarket, Brisbane, selama hampir satu dekade sebagaimana dilansir AP.

"Tidak ada yang benar-benar lolos dari air, kurasa."

Baca juga: 20.000 Ternak Mati Diterjang Badai dan Banjir Bandang Terburuk di Kenya

Curah hujan yang luar biasa datang ketika Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim PBB melaporkan minggu ini, bahwa sebagian besar Australia telah kehilangan 20 persen dari curah hujannya dan risiko kebakaran negara itu telah melampaui skenario terburuk yang dikembangkan hanya beberapa tahun yang lalu.

Tahun terpanas dan terkering di Australia adalah 2019, yang berakhir dengan kebakaran hutan yang menghancurkan di seluruh Australia tenggara. Kebakaran tersebut secara langsung menewaskan 33 orang dan 400 orang lainnya tewas akibat asap.

Kebakaran juga menghancurkan lebih dari 3.000 rumah dan meruntuhkan 19 juta hektar (47 juta hektar) lahan pertanian dan hutan.

Tetapi dua pola cuaca La Nina sejak itu membawa curah hujan di atas rata-rata ke wilayah yang sama.

Lesley Hughes, seorang akademisi Australia dan penulis utama laporan penilaian IPCC PBB pada 2007 dan 2015, mengatakan perubahan iklim diperkirakan akan membebani sistem pemerintah seperti respons banjir.

“Kami dapat melihat bahwa layanan darurat kami sudah berjuang mengatasi banjir di New South Wales utara dengan orang-orang terdampar di atap tanpa makanan selama lebih dari 24 jam,” kata Hughes.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com