MOKWA, KOMPAS.com - Sanksi Rusia akibat menginvasi Ukraina datang silih berganti.
Para pemimpin dunia berusaha meningkatkan tekanan pada Kremlin, saat militer Rusia mendekati Kiev dan gelombang pengungsi Ukraina mengalir ke negara-negara tetangga.
Dikutip dari AFP pada Jumat (25/2/2022), berikut adalah daftar sanksi Rusia sejauh ini.
Baca juga: Rusia Kalah di 3 Kota Ukraina, tapi Duduki Konotop dan Kepung Kota Lainnya
Tahap pertama akan menghantam empat bank Rusia--termasuk dua bank terbesar di negara itu yakni Sberbank dan VTB Bank--memotong lebih dari setengah impor teknologi Rusia, dan menargetkan beberapa oligarki negara itu.
Raksasa energi Gazprom dan 12 perusahaan besar lainnya akan dilarang meningkatkan modal di pasar keuangan Barat.
Ekspor teknologi pertahanan dan aeronautika ke Rusia juga dibatasi, kemudian 24 individu dan organisasi Belarus yang dituduh mendukung serta membantu invasi Rusia ke Ukraina akan menghadapi hukuman.
Mereka berencana menargetkan 70 persen pasar perbankan Rusia dan perusahaan-perusahaan utama milik negara utama, termasuk di bidang pertahanan.
Sanksi Rusia pada sektor energi termasuk larangan ekspor peralatan dan teknologi yang dibutuhkan Rusia untuk meningkatkan kilang minyaknya, serta larangan pesawat dan suku cadang ke maskapai penerbangannya.
Seperti AS, Uni Eropa juga akan menjatuhkan sanksi kepada para elite dan lingkaran dalam Putin dengan membekukan aset mereka serta melarangnya dari akses istimewa ke blok tersebut.
Namun, mereka tidak mendepak Rusia dari jaringan SWIFT, yang digunakan bank-bank dunia untuk mengirim pesan dan melakukan transaksi keuangan dengan aman.
Baca juga: Putin Sebut Rusia Punya Senjata Nuklir, Perancis: NATO Juga Punya!
Selain membekukan aset bank Rusia VTB dan produsen senjata Rostec, Inggris juga melarang maskapai Aeroflot dari wilayah udaranya dan menargetkan lima oligarki lagi yang dekat dengan Putin.
Langkah-langkah baru "akan memungkinkan kami untuk sepenuhnya mengecualikan bank-bank Rusia dari sektor keuangan Inggris," kata Johnson, serta mencegah perusahaan publik dan swasta mengumpulkan dana di Inggris.
Setelah lama dituduh menutup mata terhadap uang yang didukung Kremlin yang mengalir melalui London, Pemerintah Inggris juga akan mempercepat "RUU Kejahatan Ekonomi", terutama untuk membuka kepemilikan nyata aset yang dimiliki Rusia.
Izin ekspor barang senilai 550 juta dollar AS (Rp 7,89 triliun) di bidang kedirgantaraan, teknologi informasi, dan pertambangan telah dibatalkan.
Kanada juga menempatkan 3.400 tentara dalam keadaan siaga untuk dikerahkan ke Eropa, bersama dengan pesawat dan kapal perang.
India, yang memiliki hubungan dekat dengan Moskwa dan merupakan pembeli utama senjata Rusia, sejauh ini menahan diri untuk tidak ikut dalam sanksi tersebut.
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengkritik upaya Putin untuk mengubah status quo dengan paksa, dan memberlakukan tindakan yang menargetkan ekspor semikonduktor--yang saat ini mengalami kekurangan global--dan lembaga keuangan.
Taiwan mengumumkan akan bergabung dalam sanksi karena tindakan Kremlin menimbulkan ancaman paling serius ... terhadap tatanan internasional berbasis aturan, meskipun tidak ada rincian yang diungkapkan.
Di Australia, Perdana Menteri Scott Morrison meluncurkan sanksi fase kedua yang menargetkan 25 individu, empat lembaga keuangan, dan entitas yang terlibat dalam pengembangan dan penjualan perlengkapan militer.
Gelombang lain akan diberlakukan setelah yang bertanggung jawab atas tindakan mengerikan ini diidentifikasi, katanya, yang dapat mencakup penargetan anggota parlemen Rusia.
Morrison juga mengecam tanggapan China setelah Beijing mengatakan, pihaknya memahami keprihatinan Moskwa yang masuk akal terhadap Ukraina dan Administrasi Umum Bea Cukai mengumumkan akan meningkatkan impor gandum Rusia.
Baca juga: Alasan Presiden Rusia Vladimir Putin Menyerang Ukraina
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.