DONETSK, KOMPAS.com - Pasukan nuklir strategis Rusia mengadakan latihan yang diawasi langsung oleh Presiden Rusia Vladimir Putin pada Sabtu (19/2/2022), sementara Amerika Serikat (AS) menuduh pasukan Rusia di dekat perbatasan Ukraina maju dan "siap menyerang".
Kremlin mengatakan Rusia berhasil meluncurkan uji coba rudal hipersonik dan jelajah di laut selama latihan kekuatan nuklir.
Baca juga: Ukraina Terima Kiriman Senapan Mesin dan Peralatan Pengawasan dari Kanada
Putin mengamati latihan di layar dengan pemimpin Belarusia Alexander Lukashenko dari "pusat situasi".
Latihan nuklir menjadi manuver lanjutan angkatan bersenjata Rusia dalam empat bulan terakhir yang mencakup pembangunan pasukan -- diperkirakan oleh Barat berjumlah 150.000 atau lebih -- di utara, timur dan selatan Ukraina.
Analis yang berbasis di Moskow mengatakan latihan nuklir Rusia pada Sabtu (19/2/2022) bertujuan untuk mengirim pesan agar tuntutan Rusia ditanggapi dengan serius.
"Mengabaikan hak-hak sah Rusia di bidang ini berdampak buruk pada stabilitas tidak hanya di benua Eropa, tetapi juga di dunia," kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov seperti dikutip oleh kementeriannya kepada mitranya dari Perancis melalui telepon dilansir Reuters.
Helikopter baru dan pengerahan tank, pengangkut personel lapis baja dan peralatan pendukung kelompok tempur telah dipindahkan ke lokasi di Rusia dekat perbatasan, menurut Maxar Technologies yang berbasis di AS, yang melacak perkembangan dengan citra satelit.
Baca juga: Belanda Akan Kirim Senapan Sniper ke Ukraina untuk Hadapi Invasi Rusia
Menteri Pertahanan AS sementara itu mengatakan pada Sabtu (19/2/2022) bahwa latihan kekuatan nuklir memicu kekhawatiran di seluruh dunia.
Seorang pejabat NATO mengatakan aliansi itu memindahkan staf dari Keiv ke kota barat Lviv dan ke Brussel untuk alasan keamanan. AS dan negara-negara lain telah memindahkan diplomat ke Lviv.
Perancis dan Jerman giliran mendesak semua atau sebagian warganya di Ukraina untuk keluar dari negara itu, setelah Keiv dan Moskwa saling tuduh atas penembakan baru di dekat perbatasan.
Sementara Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengatakan pasukan Rusia mulai " menyebar dan bergerak lebih dekat" ke perbatasan.
"Kami berharap dia (Putin) mundur dari ambang konflik," kata Austin pada konferensi pers di Lithuania, mengatakan invasi ke Ukraina tidak dapat dihindari.
Dengan meningkatnya ketakutan Barat akan perang, tim keamanan nasional Presiden AS Joe Biden mengatakan mereka masih percaya Rusia dapat melancarkan serangan di Ukraina "kapan saja".
Baca juga: Situasi Makin Tegang, Kelompok Pemberontak di Ukraina Timur Evakuasi Warga ke Rusia
Atas laporan itu, Biden berencana mengumpulkan penasihat utama pada Minggu (20/2/2022) untuk membahas krisis tersebut.
Para menteri luar negeri dari kelompok negara-negara kaya G7 juga mengatakan mereka tidak melihat bukti Rusia mengurangi aktivitas militernya di daerah itu dan tetap "sangat prihatin" tentang situasi tersebut.
Rusia memerintahkan peningkatan militer sambil menuntut NATO mencegah Ukraina bergabung dengan aliansi itu. Di sisi lain dia menilai peringatan Barat soal rencana Rusia menyerang Ukraina sebagai tindakan yang histeris dan berbahaya.
Moskwa mengatakan akan mundur, tetapi Washington dan sekutunya terus mengeklaim keberadaan pasukan Rusia meningkat.
Dalam prediksinya yang paling tajam sejauh ini, Biden mengatakan pada Jumat (18/2/2022) bahwa dia yakin Putin membuat keputusan untuk menyerang Ukraina dalam beberapa hari mendatang.
Baca juga: Rusia-Ukraina Makin Tegang, Inggris Pindahkan Kedutaannya dari Kiev, Desak Warga Segera Pergi
"Presiden Biden terus memantau situasi yang berkembang di Ukraina, dan terus diperbarui secara berkala tentang kejadian di lapangan oleh tim keamanan nasionalnya," kata Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki dalam sebuah pernyataan.
"Mereka menegaskan kembali bahwa Rusia dapat melancarkan serangan terhadap Ukraina kapan saja."
Menlu G7 meminta Rusia memilih jalur diplomasi. "Sebagai langkah pertama, kami mengharapkan Rusia untuk menerapkan pengumuman pengurangan kegiatan militernya di sepanjang perbatasan Ukraina. Kami belum melihat bukti pengurangan ini," kata mereka dalam sebuah pernyataan.
Zelenskiy mengatakan dia melakukan percakapan telepon "mendesak" dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan membahas kemungkinan cara de-eskalasi segera dan penyelesaian politik-diplomatik. Macron akan berbicara dengan Putin pada hari Minggu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.