Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasien Covid yang Meninggal di Australia Kebanyakan Pendatang

Kompas.com - 17/02/2022, 22:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

CANBERRA, KOMPAS.com - Data korban meninggal akibat Covid-19 di Australia menunjukkan angka yang lebih tinggi di kalangan warga pendatang dibandingkan mereka yang lahir di negara ini.

Analisa data kematian Covid yang dilakukan Biro Statistik Australia (ABS) menemukan kemungkinan mereka yang lahir di Afrika Utara dan Timur Tengah 10 kali lebih besar meninggal dunia karena virus daripada mereka yang lahir di Australia.

Sementara warga pendatang dari Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Asia Tengah mencatatkan jumlah kematian akibat Covid-19 dua kali lebih banyak.

Baca juga: Novak Djokovic Lebih Pilih Korbankan Banyak Turnamen Tenis dibanding Ambil Vaksin Covid-19

Jumlah kematian pasien yang lahir di Inggris dan Irlandia, sama dengan warga yang lahir di Australia.

Juru Bicara Oposisi Urusan Multikultural dari Partai Buruh, Andrew Giles, menyebut angka-angka itu "tidak dapat diterima" di sebuah negara yang multikultural.

"Pemerintahan (PM) Morrison-Joyce telah menunjukkan bahwa mereka tidak belajar dari pandemi atau mendengarkan suara masyarakat. Konsekuensinya tragis," kata Andrew.

"Data ini mengejutkan dan mengkhawatirkan," ujarnya.

Pada awal pandemi, ABC News menyoroti penanganan yang dilakukan Pemerintah Federal terhadap kelompok berisiko tinggi misalnya kaum migran.

Baca juga: “Stabilkan dan Kendalikan”, Xi Jinping Serukan Keprihatinan atas Wabah Covid-19 Hong Kong

Dalam pertemuan dengan panel ahli dan politisi, tokoh-tokoh masyarakat pendatang telah menyampaikan bahwa mereka terlibat dalam respons Covid-19 Australia secara ad-hoc saja atau bahkan tidak sama sekali.

Panel tersebut mengidentifikasi kaum migran dan pengungsi sebagai kelompok yang berisiko lebih tinggi tertular virus.

Mereka juga menularkannya tanpa disadari karena mereka lebih mungkin memiliki penyakit bawaan dan tidak mendapatkan informasi kesehatan mendasar dalam bahasa mereka.

Selain itu, upaya penerjemahan informasi kesehatan masyarakat dilakukan asal-asalan ke kalangan komunitas multikultural, termasuk informasi yang telah kedaluwarsa.

Ketua Federasi Komunitas Etnis Australia Mary Patetsos menyebutkan warga dengan latar belakang yang beragam secara budaya dan bahasa (CALD) juga lebih rentan terhadap Covid-19 karena mereka banyak berada di tempat kerja yang mencatat kasus tinggi.

Baca juga: Korea Selatan Laporkan Rekor Covid-19 Baru, 90.443 Kasus Sehari

"Mereka menjadi pengemudi truk, mereka bekerja di panti jompo, jadi perawat, serta bekerja di rumah sakit di garis depan," katanya.

Mary mengatakan, perlu upaya lebih serius untuk mencegah angka kematian yang tidak proporsional, apalagi menurutnya pemerintah tidak terlibat penuh dalam penyebaran informasi kesehatan masyarakat di kalangan komunitas pendatang.

“(Pemerintah) seharusnya mengantisipasi dan merespons risiko secara lebih baik sehingga kita tidak ada anomali dalam hal kematian dan prevalensi di kelompok masyarakat tersebut,” katanya.

Pejabat Tertinggi Bidang Medis Profesor Paul Kelly dalam rapat Senat Australia menjelaskan data statistik kematian Covid ini mencerminkan wilayah yang paling parah dilanda pandemi.

Baca juga: Vaksinasi Covid-19 Saat Hamil Bantu Proteksi Bayi Setelah Lahir

"Selama ini kita sudah tahu ada masalah tersendiri yang dihadapi komunitas masyarakat yang beragam secara budaya dan bahasa," jelas Profesor Kelly.

"Jika kita melihat kembali wabah (varian) Delta di Sydney tahun lalu, wilayah Sydney barat daya menjadi pusat wabah untuk waktu yang sangat lama. Populasi warganya kebanyakan kelahiran luar negeri. Populasi multikultural," jelasnya.

Ketua satgas penanganan Covid-19 di kalangan komunitas beragam budaya dan bahasa, Lucas De Toca, dalam rapat di Senat mengaku pihaknya telah melibatkan para tokoh masyarakat.

"Kami melaksanakan berbagai kegiatan spesifik untuk komunitas tersebut. Para tokoh masyarakat ini menunjukkan kepemimpinan mereka secara mandiri, bekerja sama dengan berbagai jajaran pemerintah dalam mengelola kasus, dan juga vaksinasi,” paparnya.

Baca juga: Kanada Deklarasikan Undang-Undang Darurat untuk Hentikan Protes Mandat Vaksin Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Pesawat Singapore Airlines Menukik Turun 6.000 Kaki dalam 3 Menit...

Saat Pesawat Singapore Airlines Menukik Turun 6.000 Kaki dalam 3 Menit...

Global
Menlu Jerman: Ukraina Butuh Segera Tingkatkan Pertahanan Udara untuk Lawan Rusia

Menlu Jerman: Ukraina Butuh Segera Tingkatkan Pertahanan Udara untuk Lawan Rusia

Global
Singapore Airlines Turbulensi Parah, Penumpang Terlempar ke Kabin Bagasi

Singapore Airlines Turbulensi Parah, Penumpang Terlempar ke Kabin Bagasi

Global
Presiden Raisi Meninggal, Kedubes Iran Sampaikan Terima Kasih atas Belasungkawa Indonesia

Presiden Raisi Meninggal, Kedubes Iran Sampaikan Terima Kasih atas Belasungkawa Indonesia

Global
Sosok Jacob Zuma, Mantan Presiden Afrika Selatan yang Didiskualifikasi dari Pemilu Parlemen

Sosok Jacob Zuma, Mantan Presiden Afrika Selatan yang Didiskualifikasi dari Pemilu Parlemen

Internasional
Gelombang Panas India Capai 47,4 Derajat Celsius, Sekolah di New Delhi Tutup

Gelombang Panas India Capai 47,4 Derajat Celsius, Sekolah di New Delhi Tutup

Global
ChatGPT Tangguhkan Suara AI Mirip Scarlett Johansson

ChatGPT Tangguhkan Suara AI Mirip Scarlett Johansson

Global
Pesawat Singapore Airlines Alami Turbulensi Parah, 1 Penumpang Tewas, 30 Terluka

Pesawat Singapore Airlines Alami Turbulensi Parah, 1 Penumpang Tewas, 30 Terluka

Global
Rusia Tuduh AS Akan Taruh Senjata di Luar Angkasa

Rusia Tuduh AS Akan Taruh Senjata di Luar Angkasa

Global
Panglima Hamas yang Dalangi Serangan 7 Oktober Diburu di Luar Gaza

Panglima Hamas yang Dalangi Serangan 7 Oktober Diburu di Luar Gaza

Global
Teroris Serang Kantor Polisi Malaysia, Singapura Waspada

Teroris Serang Kantor Polisi Malaysia, Singapura Waspada

Global
Kesal dengan Ulah Turis, Warga Jepang Tutup Pemandangan Gunung Fuji

Kesal dengan Ulah Turis, Warga Jepang Tutup Pemandangan Gunung Fuji

Global
Iran Setelah Presiden Ebrahim Raisi Tewas, Apa yang Akan Berubah?

Iran Setelah Presiden Ebrahim Raisi Tewas, Apa yang Akan Berubah?

Internasional
AS Tak Berencana Kirimkan Pelatih Militer ke Ukraina

AS Tak Berencana Kirimkan Pelatih Militer ke Ukraina

Global
WNI di Singapura Luncurkan 'MISI', Saling Dukung di Bidang Pendidikan dan Pengembangan Profesional

WNI di Singapura Luncurkan "MISI", Saling Dukung di Bidang Pendidikan dan Pengembangan Profesional

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com