Dan akhirnya, jika kita beruntung, dalam jangka waktu yang lama, virus juga dapat berevolusi menjadi tidak terlalu parah.
When will the COVID-19 pandemic end? 4 essential reads on past pandemics and what the future could bring https://t.co/NnHcJpLeo2
— The Conversation U.S. (@ConversationUS) January 26, 2022
Hasilnya adalah kita bergerak dari ketidakseimbangan, dalam hal kekuatan yang mendorong penyakit, ke keadaan ekuilibrium yang lebih stabil.
Maka yang terjadi bukannya penularan penyakit yang meledak dan tidak dapat diprediksi, melainkan situasi baru di mana keberadaan penyakit yang beredar memiliki ancaman lebih rendah bagi masyarakat dibandingkan di awal epidemi.
Penularan menjadi lebih dapat diprediksi, tetapi tidak harus konstan, kita mungkin masih melihat beberapa gelombang penularan yang sifatnya musiman. Tapi hal ini bisa diprediksi dan dikelola.
Singkatnya, kita mulai hidup berdampingan dengan virus.
Inilah yang kita maksud dengan endemi. Contoh endemi termasuk flu biasa, influenza dan HIV/AIDS.
Baca juga: Inilah Orang Kedua di Dunia yang Sembuh dari HIV, Pulih Berkat Obat Berisiko Tinggi
Diskusi seputar Covid-19 menjadi endemi menjadi semakin rumit dengan pandangan yang sangat berbeda dalam praktiknya.
Penting untuk ditekankan bahwa ini tidak berarti kita lengah, menyerah pada virus atau menurunkan ancaman yang ditimbulkan virus terhadap individu dan komunitas.
Kita tetap waspada dan menangani saat lonjakan kasus terjadi, melakukan apa yang diperlukan untuk menjaga penularan serendah mungkin.
Yang penting, saat penyakit dianggap endemi tidak berarti kita menganggapnya ringan. Penyakit itu tetap menjadi bagian dari hidup kita, dan karenanya kita masih harus melindungi mereka yang rentan terhadap penyakit parah, seperti yang kita lakukan dengan penyakit lain.
Sangat penting bagi kita untuk memahami bahwa hidup dengan virus tidak sama dengan mengabaikan virus. Sebaliknya, ini jadi sebuah penyesuaian dalam cara kita menanggapi penyakit.
Penting juga untuk menyoroti bahwa masa transisi ini mungkin tidak selalu mulus dan pasti akan ada tantangannya.
Salah satu kendala utama yang akan kita hadapi adalah kemungkinan munculnya varian baru dan bagaimana itu akan berdampak pada penularan dan tingkat keparahan penyakit.
Untuk mengurangi kemungkinan munculnya varian baru dan penularan virus, penting bagi kita untuk benar-benar meningkatkan program vaksinasi secara global.
Untuk membantu transisi ke tahap pandemi berikutnya, untungnya kita akan bisa menggunakan banyak senjata baru yang sedang dalam proses pembuatan. Ini termasuk vaksin generasi berikutnya yang akan lebih efektif terhadap varian terbaru, atau vaksin universal yang mencakup semua varian. Kita berharap vaksin baru juga akan lebih baik dalam mengendalikan penularan.
Kita juga akan memiliki rencana penanganan yang terus meningkat, serta pencegahan dan pengendalian penularan yang lebih baik yang dirancang untuk lingkungan tertentu.
Pertanyaan besarnya, tentu saja, kapan transisi ke endemi ini akan terjadi? Banyak pakar percaya langkah besar akan terjadi di sepanjang tahun 2022 ini.
Hassan Vally adalah Associate Professor di Deakin University. Catherine Bennett adalah Ketua Epidemiologi di Deakin University. Simak artikelnya dalam bahasa Inggris.
Diproduksi oleh Erwin Renaldi dari ABC Indonesia.
Baca juga: Daftar 43 Negara yang Tidak Wajib Masker, dari Jepang hingga Swedia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.