Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masih Ingat Suster Ann Roza? Ini Kabarnya Jelang Setahun Kudeta Myanmar

Kompas.com - 28/01/2022, 16:32 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

MYITKYINA, KOMPAS.com - Hampir setahun setelah berlutut di jalanan berdebu untuk memohon polisi Myanmar agar tidak menembak demonstran anti-kudeta, Suster Ann Roza Nu Tawng masih gemetar mengingat hari ketika dia berkata Tuhan menyelamatkannya.

Foto biarawati Katolik itu dengan pakaian putih sederhana, tangannya terentang, memohon kepada pasukan junta di minggu-minggu awal protes massal kudeta Myanmar, menjadi viral di negara mayoritas Buddha tersebut dan menjadi berita besar di seluruh dunia.

Sebanyak dua orang dalam demonstrasi pada awal Maret 2021 di negara bagian Kachin itu ditembak mati. Suster Ann Roza kemudian membawa seorang anak yang terluka ke rumah sakit.

Baca juga: Suster Ann Nu Thawng Menangis dan Berlutut di Hadapan Polisi, Memohon agar Demonstran Tak Ditangkapi

Dalam kebingungan dan kekacauan, dia tidak tahu dirinya difoto atau dampaknya, katanya kepada AFP.

"Baru ketika saya tiba di rumah, saya mengetahui teman-teman dan keluarga sangat mengkhawatirkanku," katanya, seraya menambahkan bahwa ibunya memarahinya dengan berlinang air mata karena mengambil tindakan berisiko seperti itu.

"Ketika saya melihat foto itu, saya bahkan tidak percaya pada diri sendiri bahwa saya di sana untuk menyelamatkan nyawa orang di tengah kekacauan penembakan dan pelarian," lanjutnya dikutip dari AFP, Jumat (28/1/2022).

"Saya percaya Tuhan memberi saya keberanian ... Saya sendiri tidak akan cukup berani untuk melakukan itu."

Lari dari militer adalah hal yang Suster Ann Roza sudah alami sejak masa kecilnya di negara bagian Shan yang dilanda konflik di Myanmar timur di bawah pemerintahan junta sebelumnya.

Putri dari ayah seorang pendeta dan ibu yang bekerja sebagai guru itu terpaksa meninggalkan rumahnya ketika berusia sembilan tahun, dengan ketakutan akan tentara yang sekarang terpatri di otaknya yang dia khawatirkan terulang pada anak-anak hari ini.

"Dulu saya lari seperti anak kecil ketika mereka memasuki desa... setiap kali saya melihat tentara dan polisi berseragam, saya takut, sampai sekarang," terangnya.

Akan tetapi, suatu hari pada Maret 2021 di Myitkyina, "Saya tidak bisa berpikir untuk takut", tambahnya.

"Saya hanya berpikir perlu membantu dan menyelamatkan para pengunjuk rasa."

Baca juga: Suster Ann Roza Kembali Berlutut demi Lindungi Demonstran yang Ditembaki Aparat Myanmar

Pada hari-hari berikutnya, tindakan keras junta meningkat. Amnesty International kemudian mengatakan, telah mendokumentasikan kekejaman termasuk penggunaan senjata medan perang pada pengunjuk rasa yang tidak bersenjata.

Lebih dari 1.400 warga sipil tewas dan tak kurang dari 10.000 orang ditangkap, menurut kelompok pemantau lokal.

"Tak ada lagi kebebasan"

Suster Ann Roza mendapati ada risiko yang harus ditanggung jika berdiri di hadapan junta di muka umum.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Global
Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Internasional
Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Global
AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Internasional
AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Global
Polisi Bubarkan Demo Mahasiswa Pro-Palestina di Amsterdam dan Berlin

Polisi Bubarkan Demo Mahasiswa Pro-Palestina di Amsterdam dan Berlin

Global
OPCW: Tuduhan Penggunaan Senjata Kimia di Ukraina Tidak Cukup Bukti

OPCW: Tuduhan Penggunaan Senjata Kimia di Ukraina Tidak Cukup Bukti

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com