Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusia Tumpuk Pasukan di Perbatasan Ukraina, NATO Diminta Kirim Lebih Banyak Senjata

Kompas.com - 20/01/2022, 09:00 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber VOA

LONDON, KOMPAS.com - Tekanan pada Jerman meningkat dari sekutu Eropa, agar menghentikan penolakan lamanya dan segera ikut memasok senjata ke Ukraina, demi membantu negara itu mempertahankan diri dari serangan Rusia.

Inggris sebelumnya menerbangkan rudal anti-tank jarak pendek ke Ukraina pada Senin (17/1/2022), menghindari wilayah udara Jerman.

Baca juga: Konflik Perbatasan Ukraina Makin Tegang, Rusia Pasang Pasukan Militer di Belarus

Kepada anggota parlemen, Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace menekankan bahwa lebih banyak bantuan militer dan bantuan keamanan ekstra kemungkinan akan datang. Itu mengingat "perilaku yang semakin mengancam" dari Rusia di perbatasan Ukraina, di mana Kremlin telah mengumpulkan lebih dari 100.000 tentara.

Wallace mengatakan ada "alasan yang sah dan nyata untuk mengkhawatirkan" bahwa Rusia sedang merencanakan invasi.

Para pejabat Rusia telah membantah mereka memiliki rencana semacam itu, tetapi Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken memperingatkan Rabu (19/1/2022), menjelang pembicaraan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy, bahwa “rasa ancaman terhadap Ukraina belum pernah terjadi sebelumnya.”

Ukraina menjadi semakin frustrasi dengan Jerman dalam masalah pasokan militer.

Baca juga: Eropa Diambang Perangan karena Konflik Rusia-Ukraina

Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov mengeluh bulan lalu bahwa Berlin memveto pembelian senapan anti-drone dan sistem anti-sniper dari Badan Dukungan dan Pengadaan NATO, dan menyebut tindakan itu "sangat tidak adil."

Belakangan, Berlin mengalah soal blokir pembelian senapan anti-drone setelah menyimpulkan bahwa itu adalah senjata yang tidak mematikan.

Kiev telah berjuang mengatasi kekurangan peralatan dan kemampuan militer. Tetapi Berlin khawatir bahwa memasok senjata dapat dilihat oleh Moskwa sebagai provokatif dan dapat memicu eskalasi Rusia.

Reznikov telah memperingatkan bahwa ketakutan menghadapi Putin dari posisi yang kuat adalah salah arah. “Tidak memprovokasi Rusia – strategi itu tidak berhasil dan tidak akan berhasil,” katanya bulan lalu.

Ukraina telah membeli senjata melalui kesepakatan dengan Amerika Serikat, Inggris, Lithuania, Perancis dan Turki, yang telah memasok drone bersenjata.

Baca juga: Serangan Siber Besar-besaran Ukraina Hanyalah Tirai dari Tindakan yang Lebih Destruktif

Sistem anti-rudal dan anti-pesawat, peralatan perang elektronik, dan peralatan pertahanan siber berada di urutan teratas dalam daftar belanja Ukraina. Negara itu juga ingin membeli rudal permukaan-ke-permukaan, yang dapat menyerang kawanan target secara bersamaan.

Pemerintahan Biden bulan lalu menyetujui 200 juta dollar AS (Rp 2,8 triliun) dalam bantuan keamanan defensif tambahan untuk Ukraina.

Pejabat Amerika pada Rabu (19/1/2022) mengatakan Gedung Putih sedang mempertimbangkan opsi pasokan baru, untuk mencoba menaikkan risiko bagi Presiden Rusia Vladimir Putin, jika dia memutuskan untuk menyerang.

Dengan meningkatnya kekhawatiran bahwa Rusia bermaksud melakukan tindakan agresif besar-besaran, Washington sedang mempertimbangkan untuk menyediakan lebih banyak rudal anti-tank Javelin dan sistem rudal anti-pesawat kepada tentara Ukraina.

Rudal anti-tank yang diterbangkan Inggris ke Ukraina minggu ini adalah senjata bahu yang mampu menghancurkan tank dari jarak 800 meter.

Baca juga: Menlu Kanada Akan Kunjungi Ukraina, Bertekad untuk Cegah Agresi Rusia

Mereka lebih ringan dari rudal anti-tank Javelin dan dapat digunakan di ruang yang jauh lebih sempit. Rudal anti-tank Inggris diterbangkan ke Ukraina melalui wilayah udara Denmark dan Swedia dan bukan pada rute yang lebih langsung di atas Jerman, menurut laporan surat kabar Inggris.

Gerakan itu memicu spekulasi bahwa langkahnya dilakukan untuk menghindari protes dari Berlin.

Tobias Ellwood, ketua komite pertahanan parlemen Inggris, mengaku berharap sekutu Eropa lainnya “akan mengikuti jejak Inggris, sebelum suhu turun dan kondisi beku memungkinkan invasi secara operasional.”

Tapi sementara sekutu NATO dengan suara bulat menolak tuntutan Rusia agar Ukraina tidak pernah bergabung dengan NATO, perpecahan di antara mereka juga meluas soal sanksi apa yang harus dijatuhkan pada Rusia jika invasi diluncurkan.

Mantan Diplomat Barat dan yang menjabat saat ini mengatakan ada kesepakatan luas di antara kekuatan Barat, tentang sanksi Rusia dalam hal serangan militer, tapi tidak ada kesepakatan akhir mengenai rinciannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Global
Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Global
Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Global
Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Internasional
Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Global
AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Internasional
AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com