Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemusnahan Massal Hama di China Era 50-an: Ganggu Populasi, Sebabkan Kelaparan

Kompas.com - 08/01/2022, 17:30 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Ternyata, burung gereja adalah bagian integral dari perlindungan tanaman. Burung pipit tidak hanya memakan biji-bijian, tetapi juga serangga.

Pada tahun 1959, para peneliti di Akademi Ilmu Pengetahuan China melakukan otopsi pada beberapa burung pipit yang mati.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: 7 November 1931, Mao Zedong Deklarasikan Republik China Soviet

Ditemukan bahwa sebagian besar isi perut mereka terdiri dari serangga dan bukan biji-bijian, seperti yang diyakini sebelumnya.

Setelah kampanye berlangsung selama beberapa waktu, populasi serangga di China tumbuh secara eksponensial, terutama belalang, mengingat burung pipit adalah satu-satunya pemangsa alami mereka.

Karena ketidakseimbangan antara pemangsa dan mangsa ini, kelebihan belalang dapat berkerumun dengan bebas di seluruh negeri, memakan sebagian besar pertanian yang dimaksudkan untuk konsumsi manusia.

Baca juga: Xi Jinping Capai Status Setara Mao Zedong dan Deng Xiaoping melalui Resolusi Historis

Belalang memakan ratusan ribu pon biji-bijian. Ketidakseimbangan ekologis ini diperparah oleh kondisi kekeringan, banjir, dan perubahan kebijakan pertanian lainnya.

Pada tahun 1959, produksi tanaman telah berkurang 15 persen. Penurunan ini berlanjut hingga 70 persen pada tahun 1958.

Ketika kelaparan berakhir, antara 15 dan 36 juta orang telah meninggal karena kelaparan.

Kampanye melawan burung pipit pun akhirnya diakhiri oleh pemerintah. Ketua Mao mengganti target burung pipit dengan kutu busuk.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com