Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemusnahan Massal Hama di China Era 50-an: Ganggu Populasi, Sebabkan Kelaparan

Kompas.com - 08/01/2022, 17:30 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

KOMPAS.com - Antara tahun 1958 dan 1962, Partai Komunis China memimpin gerakan ekonomi dan sosial di seluruh negeri yang dikenal sebagai "Lompatan Jauh ke Depan".

Salah satu kampanye pertama gerakan ini adalah Kampanye Empat Hama, yang kadang-kadang juga dikenal sebagai Kampanye Burung Pipit Besar atau hanya Kampanye Bunuh Burung Pipit.

Dilansir World Atlas, Mao Zedong, atau Ketua Mao, memprakarsai Kampanye Empat Hama sebagai gerakan menuju kebersihan masyarakat.

Tujuannya memusnahkan hama yang dianggap merugikan, yakni tikus, lalat, nyamuk, dan burung pipit.

Baca juga: 4 Jenis Hama yang Sering Menyerang Tanaman Air

Tiga dari empat hama tersebut diidentifikasi karena perannya dalam menyebarkan penyakit malaria, tipus, dan pes.

Burung pipit termasuk dalam daftar ini karena mereka mengkonsumsi beras dan biji-bijian lain dari ladang pertanian.

Partai Komunis menyerukan warga China untuk bertindak bersama melawan apa yang dianggap sebagai hama.

Pemerintah menerbitkan poster-poster yang menggambarkan perlunya pemukul lalat, genderang, gong, dan senjata api sebagai alat dalam perjuangan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.

Orang-orang bereaksi dengan mengambil semua tindakan untuk membunuh keempat hewan ini.

Burung pipit menerima sebagian besar perhatian ini, karena warga didorong untuk membuat keributan dengan panci, wajan, dan drum, yang menakuti burung pipit dan mengakibatkan mereka jatuh dari langit karena kelelahan.

Selain itu, sarang dikoyak, telur pecah, dan anakan dibunuh.

Pemerintah mendorong tindakan ini dengan memberi penghargaan kepada sekolah, kelompok kerja, dan lembaga pemerintah yang memiliki jumlah hama yang terbunuh paling banyak.

Baca juga: Berdirinya Republik Rakyat China dan Peran Besar Mao Zedong

Perkiraan menunjukkan bahwa pemerintah dan masyarakat bertanggung jawab atas kematian 1,5 miliar tikus, 1 miliar burung pipit, lebih dari 220 juta pon lalat, dan lebih dari 24 juta pon nyamuk.

Dalam mencapai tujuannya, Kampanye Empat Hama berhasil.

Namun, kerugian tak terduga muncul. Selain membuat burung pipit hampir punah di China, Kampanye Empat Hama menyebabkan kelaparan dan kematian antara 20 dan 43 juta orang.

Ternyata, burung gereja adalah bagian integral dari perlindungan tanaman. Burung pipit tidak hanya memakan biji-bijian, tetapi juga serangga.

Pada tahun 1959, para peneliti di Akademi Ilmu Pengetahuan China melakukan otopsi pada beberapa burung pipit yang mati.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: 7 November 1931, Mao Zedong Deklarasikan Republik China Soviet

Ditemukan bahwa sebagian besar isi perut mereka terdiri dari serangga dan bukan biji-bijian, seperti yang diyakini sebelumnya.

Setelah kampanye berlangsung selama beberapa waktu, populasi serangga di China tumbuh secara eksponensial, terutama belalang, mengingat burung pipit adalah satu-satunya pemangsa alami mereka.

Karena ketidakseimbangan antara pemangsa dan mangsa ini, kelebihan belalang dapat berkerumun dengan bebas di seluruh negeri, memakan sebagian besar pertanian yang dimaksudkan untuk konsumsi manusia.

Baca juga: Xi Jinping Capai Status Setara Mao Zedong dan Deng Xiaoping melalui Resolusi Historis

Belalang memakan ratusan ribu pon biji-bijian. Ketidakseimbangan ekologis ini diperparah oleh kondisi kekeringan, banjir, dan perubahan kebijakan pertanian lainnya.

Pada tahun 1959, produksi tanaman telah berkurang 15 persen. Penurunan ini berlanjut hingga 70 persen pada tahun 1958.

Ketika kelaparan berakhir, antara 15 dan 36 juta orang telah meninggal karena kelaparan.

Kampanye melawan burung pipit pun akhirnya diakhiri oleh pemerintah. Ketua Mao mengganti target burung pipit dengan kutu busuk.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jubir Gedung Putih Analogikan Rusia Seperti Penjual Pupuk Kandang, Apa Maksudnya?

Jubir Gedung Putih Analogikan Rusia Seperti Penjual Pupuk Kandang, Apa Maksudnya?

Global
Perancis Setujui RUU Larangan Diskriminasi Berdasarkan Gaya Rambut

Perancis Setujui RUU Larangan Diskriminasi Berdasarkan Gaya Rambut

Global
Giliran Jepang Akan Lanjutkan Pendanaan untuk UNRWA

Giliran Jepang Akan Lanjutkan Pendanaan untuk UNRWA

Global
Pemukim Yahudi Incar Tanah di Tepi Pantai Gaza: Ini Tuhan Berikan kepada Kami

Pemukim Yahudi Incar Tanah di Tepi Pantai Gaza: Ini Tuhan Berikan kepada Kami

Global
Rangkuman Hari Ke-764 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Desak Mike Johnson | Rusia Klaim Punya Bukti Ukraina Terlibat Penembakan Konser

Rangkuman Hari Ke-764 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Desak Mike Johnson | Rusia Klaim Punya Bukti Ukraina Terlibat Penembakan Konser

Global
Mahasiswi Indonesia di Jerman Meninggal Dunia dalam Kecelakaan Bus 

Mahasiswi Indonesia di Jerman Meninggal Dunia dalam Kecelakaan Bus 

Global
Pejabat AS Sedang Debatkan Kentang Termasuk Sayuran atau Bukan

Pejabat AS Sedang Debatkan Kentang Termasuk Sayuran atau Bukan

Global
Kekerasan Geng di Haiti Tewaskan 1.500 Orang dalam 3 Bulan

Kekerasan Geng di Haiti Tewaskan 1.500 Orang dalam 3 Bulan

Global
Bus Terjun ke Jurang di Afrika Selatan, 45 Orang Tewas, Hanya Gadis 8 Tahun yang Selamat

Bus Terjun ke Jurang di Afrika Selatan, 45 Orang Tewas, Hanya Gadis 8 Tahun yang Selamat

Global
Rusia Klaim Punya Bukti Pelaku Penembakan Konser Moskwa Terkait dengan Ukraina

Rusia Klaim Punya Bukti Pelaku Penembakan Konser Moskwa Terkait dengan Ukraina

Global
Mahkamah Internasional Perintahkan Israel Pastikan Bantuan Kemanusiaan Sampai Gaza 

Mahkamah Internasional Perintahkan Israel Pastikan Bantuan Kemanusiaan Sampai Gaza 

Global
[POPULER GLOBAL] Korban Suplemen di Jepang Bertambah | Padmarajan 238 Kali Kalah di Pemilu

[POPULER GLOBAL] Korban Suplemen di Jepang Bertambah | Padmarajan 238 Kali Kalah di Pemilu

Global
Atas Usul Indonesia, UNESCO Akui Idul Fitri dan Idul Adha Jadi Hari Besar Keagamaan

Atas Usul Indonesia, UNESCO Akui Idul Fitri dan Idul Adha Jadi Hari Besar Keagamaan

Global
Dampak Penembakan Konser Moskwa, Etnis Tajik Alami Rasialisme di Rusia

Dampak Penembakan Konser Moskwa, Etnis Tajik Alami Rasialisme di Rusia

Global
Putin Tak Berencana Kunjungi Keluarga Korban Penembakan Konser Moskwa

Putin Tak Berencana Kunjungi Keluarga Korban Penembakan Konser Moskwa

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com