Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misteri Kemenangan Jerman dalam Piala Dunia 1954, Benarkah karena Doping?

Kompas.com - 08/01/2022, 18:00 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

KOMPAS.com - Kemenangan Jerman pada Piala Dunia 1954 membawa kontroversi. Bukan menimbulkan kebanggaan, melainkan tuduhan-tuduhan.

Kemenangan Jerman tidak se-magis yang diimpikan orang karena tuduhan doping.

Dilansir berbagai sumber, tuduhan tabu tersebut setidaknya berasal dari dua publikasi.

Baca juga: Misteri Tersangka Bom Pipa Sehari Sebelum Insiden Capitol, Siapa dan Apa Motifnya?

Yang pertama adalah laporan tahun 2013 berjudul "Doping in Deutschland von 1950 bis heute aus historisch - soziologischer Sicht im Kontext ethischer Legitimation".

Para peneliti di Humboldt University Berlin dan University of Munster meneliti hal yang telah diterbitkan sebelumnya oleh surat kabar harian Jerman Suddeutsche Zeitung.

Satu lagi adalah makalah yang ditulis sejarawan olahraga Erik Eggers tentang "Pahlawan di Bern" sebagai hasil studi selama bertahun-tahun, yang dirilis pada tahun 2006.

Sumber tersebut menyatakan bahwa pemerintah Jerman Barat telah mendanai doping yang sistematis melalui pendirian Institute for Sport Science (BISp) pada tahun 1970.

Lembaga tersebut bertugas untuk memeriksa berbagai zat seperti steroid anabolik, testosteron, estrogen dan EPO untuk meningkatkan kinerja dalam olahraga.

Namun, malpraktik ini mungkin telah terjadi secara tidak resmi jauh sebelumnya.

Baca juga: Setelah Piala Dunia, Kini Muncul Wacana Euro 2 Tahun Sekali

Di Piala Dunia 1954, ada beberapa temuan tentang penggunaan metamfetamin pervitin, bukan vitamin seperti yang diklaim, yang disuntikkan secara diam-diam ke sebagian besar pemain dalam skuad dari jarum suntik yang sama.

Zat seperti itu biasanya dikonsumsi di kalangan atlet saat itu. Zat ini sudah umum bagi tentara dalam Perang Dunia II untuk meningkatkan fokus dan kebugaran fisik mereka.

Efek samping dari penggunaan zat tersebut adalah penyakit kuning, yang banyak ditemukan di antara para pemain di skuad Jerman setelah turnamen.

Hongaria diyakini membuat tuduhan resmi setelah final, terutama ketika jarum suntik dikatakan ditemukan di ruang ganti Der Panzer. Namun, hal itu ditolak FIFA.

Baca juga: Daftar 8 Stadion Piala Dunia 2022 Qatar, dari Tercanggih hingga Terbesar

Ada beberapa teori tentang alasan Jerman Barat melakukannya. Alasannya politis. Membawa kembali kebanggaan nasional instan setelah Perang Dunia ke persaingan olahraga dengan pihak Timur dalam Perang Dingin.

Final 1954 kebetulan menjadi bentrokan Barat dan Timur.

Mempertimbangkan dampaknya yang sangat besar, laporan tahun 2013 direspons dengan menugaskan profesor Universitas Olahraga Jerman Martin Nolte untuk melakukan studi lebih lanjut tentang kasus ini.

Sayangnya, hasilnya belum dipublikasikan secara resmi. Selain itu, badan sepak bola Jerman bahkan memilih untuk membatasi akses ke sumber utama temuan Profesor Nolte.

Baca juga: Piala AFF, Piala Dunia Bangsa Asia Tenggara...

Keengganan mereka untuk melakukan investigasi yang lebih transparan masih terlihat jelas.

Meskipun demikian, cerita telah menyebar dan pandangan dunia tentang kejayaan masa lalu Jerman pasti akan berubah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok Sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok Sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia Demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia Demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Global
Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com