Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aturan “Khusus Patriot" Diberlakukan China, Pemilu Hong Kong Catat Rekor Terendah Partisipasi Publik

Kompas.com - 21/12/2021, 16:55 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber CNN

Mereka beralasan itu adalah pemilihan palsu, sebuah kritik yang digemakan oleh banyak kelompok hak asasi manusia dan pengamat internasional.

Mantan anggota parlemen Nathan Law dan Ted Hui, keduanya di pengasingan, termasuk di antara mereka yang menganjurkan boikot. Pihak berwenang Hong Kong kemudian mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap mereka.

Baca juga: Penduduk Hong Kong Berkurang 87.100 Orang di Tengah Tekanan China terhadap Pegiat Demokrasi

Dalam pernyataan Lam Minggu malam, dia berpendapat bahwa sistem pemilihan baru diperlukan untuk ketertiban dan "tata kelola" yang baik.

Menurutnya dalam pemilihan sebelumnya, "kekuatan anti-China memasuki sistem politik ... membuat Dewan Legislatif kacau balau."

Jumlah pemilih yang rendah pada Minggu (19/12/2021) sangat kontras dengan 2019, ketika hampir 3 juta orang - jumlah pemilih 71,2 persen - memberikan suara dalam pemilihan dewan distrik, yang memberikan kemenangan telak bagi kubu pro-demokrasi.

Pemilu 2019 berlangsung berbulan-bulan dalam gerakan protes, setelah satu juta orang melakukan pawai dan bentrokan jalanan antara demonstran dan polisi. Pada saat itu, pemungutan suara dibingkai sebagai referendum de facto atas protes.

Di bawah undang-undang keamanan nasional dan tindakan keras Beijing terhadap kota itu, oposisi politik telah dimusnahkan.

Baca juga: Disebut Dukung Terorisme, Mahasiswa Universitas Hong Kong Ditangkap

Sebagian besar pemimpin oposisi dan mantan anggota parlemen pro-demokrasi sekarang berada di penjara atau pengasingan. Sementara sebagian besar anggota dewan yang menang pada 2019 telah mengundurkan diri, meninggalkan Hong Kong, atau didiskualifikasi oleh pemerintah.

Dalam konferensi pers pada Senin (20/12/2021) pagi, Lam mengakui jumlah pemilih pada Minggu rendah - tetapi berpendapat bahwa itu tidak selalu merupakan hal yang buruk.

Tingkat partisipasi yang tinggi pada 2019 "berdasarkan polarisasi," klaim Lam.

"Pemilu (2019) hanya memiliki tingkat partisipasi yang tinggi karena kesulitan di Hong Kong," tambahnya. "Itu bukan sesuatu yang harus kita banggakan."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Global
Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Global
Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Internasional
Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Global
AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Internasional
AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Global
Polisi Bubarkan Demo Mahasiswa Pro-Palestina di Amsterdam dan Berlin

Polisi Bubarkan Demo Mahasiswa Pro-Palestina di Amsterdam dan Berlin

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com