Bagi Siany, tantangan dalam menjalankan bisnisnya ini adalah ketika harus mengumpulkan dokumen dan izin yang diperlukan, yang menurutnya “susah sekali.”
“Pajaknya juga enggak murah,” kata Siany sambil tertawa.
“Untuk saya (berjualan) di market itu, saya harus ada izin dari (pemerintah negara bagian) dan dari (pemerintah kota). Dan kita juga harus mengikuti peraturan untuk dari FDA (Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat),” tambahnya.
Tidak ada pelatihan khusus yang perlu Siany ikuti. Namun, ia tetap harus teliti dalam mencari berbagai keterangan untuk membangun usaha kecil di AS.
Awalnya, cita-cita Siany sempat kurang didukung oleh keluarga. Keinginannya dipertanyakan, mengingat betapa melelahkannya bisnis sabun yang digeluti oleh keluarganya ini, khususnya ketika memproduksi sabun dengan cara yang tradisional tanpa menggunakan mesin.
“Cuman ternyata setelah saya jalani di sini, orang itu appreciate sama apa yang kita bikin gitu. Enggak melulu kayak oh sabun itu hanya utuk mandi, pakai sabun apa aja bisa, cari yang murah atau apa nggak, mereka benar-benar appreciate, 'oh ini benar-benar dibikin dengan sepenuh hati dengan bahan yang baik,' atau 'ini cantik,' seperti itu,” kata Siany.
Tidak hanya dari pelanggan, beberapa anggota keluarga Siany di Indonesia pun menjadi terdorong dan tersinspirasi untuk melanjutkan kembali usaha sabun yang sempat terhenti.
Bagi Siany, kunci utama dalam menjalankan bisnis ini adalah “dijalani saja.”
“If it’s not good, it’s not the end yet,” katanya. “Kalau belum baik itu berarti belum berakhir.”
Baca juga: Cerita Band Metal Hijaber Asal Garut, Voice of Baceprot, Manggung di Eropa
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.