Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita WNI Asal Semarang Promosikan "Mandi Kembang" di Amerika, Tiap Minggu Produksi 150 Sabun

Kompas.com - 04/12/2021, 21:30 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

“Dan untuk yang (dijual di pasar, tatap muka) saya totally enggak pakai (kemasan),” jelasnya.

Semua ini membuat produk Siany memiliki daya tarik tersendiri, khususnya bagi beragam pelanggannya yang mencari sabun berbahan organik dan alami, juga pelanggan yang menyukai unsur seni pada sabun Lunaraya.

“Mereka sebenarnya tertarik dari art-nya sabun itu sendiri. All natural-nya itu extra point buat mereka,” tambah Siany.

Tidak lupa akan tanah airnya, Siany berusaha menyelipkan unsur Indonesia dalam produk-produknya, salah satunya melalui bath salt dengan bunga asli, di mana ia memperkenalkan tradisi mandi bunga yang tidak begitu lazim di AS. Ia pun menamakan produk istimewanya ini Bali Vibes.

“Kenapa pakai nama Bali? Karena ya orang lebih sangat mengenal Bali dan di Bali itu kita ke mana-mana kan ada bunga mawar, ada pakai pandan, ada pakai melati, untuk ritual, untuk apa, sama halnya dengan bagian lain di Indonesia. Tapi di sini kita bisa kenalin itu untuk mandi bunga, ada mawar, bisa pakai pandan, gitu, enggak sekadar bunga-bunga yang orang di sini udah kenal dan orang lain jual gitu,” kata Siany.

“Dan kalau untuk orang-orang yang pernah ke Bali mereka langsung, ‘oh ini memang baunya Bali,’” tambahnya lagi.

Menurut Siany, aroma melati yang identik dengan Indonesia “bisa diterima” oleh para pelanggan AS. Maka dari itu, ia selalu berusaha memakai melati di hampir seluruh produknya. Selain itu, Siany juga kerap memasukkan aroma cendana dan pandan ke dalam produknya.

“Kadang mereka enggak ngerti, pandan nih apa. Terus aku (jelaskan), ‘oh pandan itu screwpine, itu daun yang biasa kita pakai buat makanan,’ jadi baunya wangi, terus warna juga alami. Bukan dari pewarna gitu,” ujarnya.

Karen Argopradipto, pelanggan Lunaraya di Seattle, Washington.DOK SIANY WULANDARI via VOA INDONESIA Karen Argopradipto, pelanggan Lunaraya di Seattle, Washington.
Pelanggan Lunaraya, Karen Argopradipto di Seattle bahkan mengatakan, sabun-sabun karya Siany ini “bikin mandi terasa lebih mewah.”

Baca juga: Cerita WNI Kuliah S2 Teknik Fisika di Jerman: Pintar Aja Enggak Cukup

Kerja 7 hari seminggu

Untuk saat ini, Siany membuat seluruh produknya sendiri. Suaminya yang berprofesi sebagai desainer grafis kerap membantunya dalam merancang kemasan untuk produk-produknya.

“Jadi ada konsultannya,” kata Siany sambil tertawa.

Siany Wulandari dan suaminya, Samuel Sutanto saat berjualan di sebuah pasar kaget di Seattle, Washington, AS.DOK SIANY WULANDARI via VOA INDONESIA Siany Wulandari dan suaminya, Samuel Sutanto saat berjualan di sebuah pasar kaget di Seattle, Washington, AS.
Setiap minggunya Siany memproduksi hingga 150 produk sabun. Biasanya ia bekerja sampai 12 jam setiap hari. Kerja kerasnya terbayarkan saat para pelanggan memuji hasil karyanya.

“Begitu di market, orang kadang beli, enggak beli pun berhenti, mereka cium, mereka appreciate, itu hilang capeknya,” ucap Siany.

Produk sabun Lunaraya di salah satu festival di Seattle, Washington.DOK SIANY WULANDARI via VOA INDONESIA Produk sabun Lunaraya di salah satu festival di Seattle, Washington.
Kegigihan Siany dalam menjalankan usahanya diakui oleh Karen Argopradipto. Menurutnya, walau ini adalah usaha turun temurun yang sudah menempel dalam diri Siany, tetap diperlukan kegigihan dalam menjalankan usaha ini.

“Karena Siany harus mencari supply-nya sendiri, bahannya sendiri, promosi sendiri, marketing sendiri, semuanya serba sendiri, ya. Mungkin di Indonesia bisa banyak asisten. Tapi di (AS) dia harus kerja sendiri. Pastinya itu dibutuhkan kegigihan dan ketekunan dalam menjalankan usahanya ini,” kata Karen Argopradipto kepada VOA.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com