Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Nur Sajat, Kenapa Buron di Malaysia dan Pindah ke Australia

Kompas.com - 28/10/2021, 20:30 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Seminggu yang lalu Malaysia ditunjuk sebagai anggota Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa, untuk periode 2022-2044, setelah berjanji secara terbuka untuk mempromosikan dan melindungi hak asasi manusia untuk semua.

Tapi kelompok HAM termasuk Justice for Sisters, sebuah organisasi non-pemerintah yang mewakili komunitas LGBT Malaysia, mengatakan perlakuan pemerintah terhadap Sajat seolah mengejek PBB.

"Sentimen anti-LGBT yang terus-menerus dan meningkat di Malaysia sangat mengkhawatirkan," kata organisasi itu.

Baca juga: Nur Sajat Jual Semua Bisnisnya di Malaysia dan Pindah ke Australia

Sebuah studi tahun 2019 tentang diskriminasi terhadap kaum transgender di Kuala Lumpur dan Selangor menemukan lebih dari setengah responden merasa tidak aman tinggal di Malaysia.

Sebanyak 72 persen responden mempertimbangkan untuk pindah ke negara-negara yang memiliki perlindungan hukum yang lebih baik.

Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri Yaakob, yang diangkat pada Agustus lalu, membela sikap pemerintahnya terhadap komunitas LGBT.

"Pemerintah serius dengan isu LGBT di negara ini karena Malaysia adalah negara yang menganut hukum Islam," katanya kepada parlemen.

"Setiap individu yang melanggar hukum harus menghadapi hukuman, mereka perlu dibimbing dan disadarkan agar mereka dapat kembali ke jalan yang benar."

Perdana Menteri mengungkapkan 1.733 individu LGBT telah dikirim ke kamp-kamp keagamaan tahun ini untuk "direhabilitasi".

Kelompok HAM desak Australia mengambil sikap

Phil Robertson dari HRW mengatakan Australia pantas mendapatkan pujian karena menawarkan suaka kepada Nur Sajat, memberinya kesempatan memulai kembali hidupnya setelah pelarian selama sembilan bulan.

Nur Sajat berharap anak-anaknya segera bisa bergabung dengannya.(Instagram: Nur Sajat)INSTAGRAM NUR SAJAT via ABC INDONESIA Nur Sajat berharap anak-anaknya segera bisa bergabung dengannya.(Instagram: Nur Sajat)
Namun dia mendesak Australia dan negara-negara lain untuk mengambil sikap tegas atas perlakuan Malaysia terhadap kaum transgender.

"Harus ada dorongan nyata dalam kasus ini," katanya.

"Malaysia adalah salah satu yang terburuk di Asia Tenggara dalam menghormati hak LGBT, dan penganiayaan serta pengejaran terhadap Nur Sajat menjadi contoh nyata."

Sajat mengatakan meski harus menjual bisnis kosmetiknya di Malaysia, dia berharap memulai bisnis baru di Australia.

Dia menangis selama wawancara dengan ABC ketika menjelaskan bagaimana dia harus meninggalkan dua anak angkatnya - laki-laki dan perempuan kembar.

"Mereka sudah bersama saya sejak mereka lahir," katanya.

"Tapi jika saya tetap tinggal di Malaysia, saya akan dipenjara. Saya harap mungkin bisa membawa mereka ke Australia."

"Saya khawatir tentang keselamatan mereka di Malaysia karena orang tahu bahwa mereka adalah anak-anakku. Saya takut apa yang mungkin terjadi pada mereka."

Diproduksi oleh Mariah Papadopoulos dari artikel ABC News.

Baca juga: Nur Sajat Ceritakan Alasan Cerai dengan Malaysia dan Pindah ke Australia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com