Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah Unggah Video Mengaku Dapat Ancaman, Wanita Qatar Ini Hilang Secara Misterius

Kompas.com - 17/10/2021, 10:03 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Daily Mail

Dia menambahkan: “Saya masih Noof yang sama yang melarikan diri membela hak-hak perempuan.”

Baca juga: Mengapa Qatar Menjaga Hubungan Dekat dengan Taliban?

Begum mengatakan “tidak ada yang memastikan bahwa dia (Noof) memang baik-baik saja ... jadi sampai kami mendengar kabar darinya, kami akan tetap khawatir”.

Dia menambahkan bahwa Noof biasanya memperbarui informasi pada pengikutnya setiap hari di media sosial.

“Sangat sulit bagi seseorang jauh dari rumah seperti itu – terkadang orang itu pun tertipu untuk kembali ke negara mereka,” katanya.

Aturan pemerintah Qatar melarang wanita yang belum menikah di bawah 25 tahun untuk bepergian ke luar negeri tanpa izin dari wali laki-laki mereka.

Jadi pada November 2019, saat berusia 21 tahun, Noof mengambil ponsel ayahnya dan menggunakan aplikasi pemerintah untuk memproses izin keluar. Dia kemudian memanjat keluar dari jendela kamarnya untuk pergi ke bandara.

Dengan izinnya, dia terbang pertama ke Ukraina dan kemudian ke Inggris, di mana dia meminta suaka.

Baca juga: Amnesty: Qatar Gagal Jelaskan Penyebab Kematian Pekerja Migran

Dalam laporan komprehensif yang diterbitkan awal tahun ini, Human Rights Watch mengatakan aturan yang tidak jelas tentang perwalian laki-laki membuat perempuan di Qatar tidak memiliki kebebasan dasar.

Para peneliti menemukan bahwa perempuan tidak dapat menjadi pengasuh utama anak-anak mereka. Misalnya, jika mereka bercerai atau bahkan saat ayah dari anak-anak itu telah meninggal. Jika anak tidak memiliki kerabat laki-laki untuk bertindak sebagai wali, pemerintah mengambil peran ini.

Para perempuan memberi tahu Human Rights Watch bagaimana wali mereka tidak mengizinkan mereka mengemudi, bepergian, belajar, bekerja atau menikah dengan seseorang yang mereka pilih sendiri.

Beberapa berbicara tentang bagaimana ini telah mempengaruhi kesehatan mental mereka. Kondisi itu pun berkontribusi pada upaya untuk menyakiti diri sendiri, depresi, stres dan pikiran untuk bunuh diri.

Human Rights Watch berharap perubahan akan datang melalui tekanan internasional, serta perubahan sikap di Qatar.

"Saya optimis karena wanita telah vokal. Wanita muak dengan itu (perlakuan), wanita yang lebih muda sangat frustrasi dan ini adalah negara modern,” kata Begum.

Menurutnya, kekerasan tetap terjadi meski perempuan dalam banyak kasus berpendidikan tinggi. Dia pun berharap dengan datangnya Piala Dunia Qatar, akan ada banyak fokus pada hak di sana.

Baca juga: Negara-negara Sumber Dana Hamas dari Qatar hingga Israel

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com