Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jurnalis Filipina Dapat Nobel Perdamaian, Rodrigo Duterte Bungkam

Kompas.com - 09/10/2021, 16:08 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

MANILA, KOMPAS.com – Nobel Perdamaian yang dimenangi jurnalis Filipina Maria Ressa dipuji oleh banyak orang di negaranya.

Di sisi lain, Presiden Filipina Rodrigo Duterte masih diam mengenai penghargaan yang diperoleh salah satu pendiri situs berita Rappler tersebut sebagaimana dilansir Reuters, Sabtu (9/10/2021).

Ressa dan jurnalis investigasi Dmitry Muratov dari Rusia memenangi Nobel Perdamaian berkat perjuangan berani mereka membela kebebasan berekspresi di negaranya masing-masing.

Baca juga: Jurnalis Maria Ressa dan Dmitry Muratov Menang Nobel Perdamaian berkat Membela Kebebasan Berekspresi

Panitia menyebut keduanya adalah perwakilan semua jurnalis yang membela cita-cita tersebut.

Di sisi lain, Duterte adalah orang yang kerap mengkritik Rappler. Dia kerap menuding Rappler sebagai outlet berita palsu dan alat CIA.

Pada 2018, Duterte bahkan melarang Rappler meliput acara resminya.

Hal tersebut, mau tak mau membuat Rappler meliput pidato dan kegiatan acara tersebut yang disiarkan langsung melalui televisi dan media sosial.

Saat ini, Ressa masih bebas berkat uang jaminan saat mengajukan banding atas hukuman penjara enam tahun dengan tuduhan pencemaran nama baik.

Baca juga: Mengenal Maria Ressa, Jurnalis Filipina Penerima Hadiah Nobel Perdamaian 2021

Tak hanya itu, Ressa juga kerap terjerat kasus hukum karena memperjuangkan kebebasan pers.

Rappler, yang diluncurkan pada 2012, kerap menantang kebijakan Duterte dan mengkritik keakuratan pernyataan-pernyataannya.

Sejumlah investigasi yang dilakukan Rappler menguak serentetan pembunuhan yang dilakukan aparat penegak hukum selama perang melawan narkoba yang diluncurkan Duterte.

Kelompok hak asasi manusia mengatakan, aparat berwenang Filipina kerap mengeksekusi ribuan tersangka narkoba.

Sementara itu, polisi Filipina menyangkal hal tersebut dengan dalih mereka yang tewas adalah orang-orang yang menolak ditangkap dan melakukan perlawanan.

Baca juga: Mengenal Dmitry Muratov, Jurnalis dari Rusia Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 2021

Istana hening

Sejumlah anggota parlemen Filipina dan pakar media menyatakan, Nobel Perdamaian yang diterima Ressa menyoroti pentingnya kebebasan berbicara dan menyatakan kebenaran kepada kekuasaan menjelang pemilu.

Carlos Isagani Zarate, seorang anggota parlemen Filipina dari kubu oposisi, menuturkan bahwa pemerintah berada dalam posisi yang canggung.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com