Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jurnalis Maria Ressa dan Dmitry Muratov Menang Nobel Perdamaian berkat Membela Kebebasan Berekspresi

Kompas.com - 08/10/2021, 17:16 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber BBC

OSLO, KOMPAS.com - Jurnalis Maria Ressa (Filipina) dan Dmitry Muratov (Rusia) memenangi Nobel Perdamaian berkat perjuangan berani membela kebebasan berekspresi di negaranya masing-masing.

Panitia menyebut keduanya "perwakilan semua jurnalis yang membela cita-cita ini".

Para pemenang Nobel Perdamaian, senilai 10 juta krona Swedia (Rp 16,22 miliar), diumumkan di Institut Nobel Norwegia di Oslo.

Baca juga: Maria Ressa Jurnalis Filipina Pengkritik Duterte Dipenjara 6 Tahun, Pernah Kerja di Jakarta

Maria Ressa dan Dmitry Muratov terpilih dari 329 calon pemenang.

Ressa, yang ikut mendirikan situs berita Rappler, dipuji karena menggunakan kebebasan berekspresi untuk mengungkap penyalahgunaan kekuasaan, penggunaan kekerasan, dan otoritarianisme yang berkembang di negara asalnya, Filipina.

Komite juga mengatakan, Muratov yang ikut mendirikan surat kabar independen Novaya Gazeta dan menjadi pemimpin redaksinya selama 24 tahun, selama puluhan tahun membela kebebasan berbicara di Rusia di bawah kondisi yang semakin menantang.

"Jurnalisme yang bebas, independen, dan berdasarkan fakta berfungsi untuk melindungi dari penyalahgunaan kekuasaan, kebohongan, dan propaganda perang," kata komite itu dikutip dari BBC, Jumat (8/10/2021).

"Tanpa kebebasan berekspresi dan kebebasan pers, akan sulit untuk berhasil mempromosikan persaudaraan antarbangsa, perlucutan senjata, dan tatanan dunia yang lebih baik untuk berhasil di zaman kita," tambahnya.

Hadiah Nobel Perdamaian dimaksudkan untuk menghormati individu atau organisasi yang telah melakukan pekerjaan terbanyak atau terbaik untuk persaudaraan antarbangsa.

Pemenang tahun lalu adalah Program Pangan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (WFP), yang dianugerahkan atas upayanya memerangi kelaparan dan meningkatkan kondisi perdamaian.

Baca juga: Bantu Jutaan Orang Kelaparan di Dunia, Program Pangan Dunia Raih Hadiah Nobel Perdamaian 2020

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber BBC
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Global
AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

Global
[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

Global
Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Global
Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Global
Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Global
Wanita Ini Didiagnosis Mengidap 'Otak Cinta' Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Wanita Ini Didiagnosis Mengidap "Otak Cinta" Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Global
Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Global
Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Global
Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Global
Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Global
Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Global
Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Global
Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Global
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com