Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Taliban Menguasai Afghanistan dan Strategi Diplomatik Indonesia

Kompas.com - 07/10/2021, 16:53 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Dampak Taliban menguasai Afghanistan dapat berimbas pada bagaimana Indonesia menjalin hubungan diplomatik dengan mereka.

Sejauh ini Indonesia tidak mengakui pemerintahan Taliban di Afghanistan, tetapi jika janji-janji milisi tersebut ditepati, sikap RI diprediksi dapat berubah.

Sana Jaffrey, Direktur Eksekutif Institute for Policy Analysis of Conflict, memaparkan bahwa strategi diplomatik Indonesia menurut kalangan diplomatik RI ke depannya memiliki tiga pertimbangan.

Baca juga: Dampak Taliban di Afghanistan terhadap Indonesia: Bagaimana Pencegahan Terorisme Dilakukan?

Pertama, Indonesia sebagai negara mayoritas Muslim terbesar di dunia menggunakan pengaruhnya untuk mengajak Taliban lebih moderate terhadap kebijakan-kebijakannya.

Kedua, Indonesia lebih practical ikut strategi China dalam hal ini memberi pengakuan, tetapi meminta WNI tidak akan masuk ke Afghanistan, dan kalau ada yang masuk langsung dikembalikan.

Sana Jaffrey, Direktur Eksekutif Institute for Policy Analysis of Conflict, dalam webinar Berkuasanya Taliban di Afghanistan: Apa Pengaruhnya terhadap Indonesia? yang diadakan oleh The Habibie Center pada Selasa (5/10/2021).
YOUTUBE THE HABIBIE CENTER Sana Jaffrey, Direktur Eksekutif Institute for Policy Analysis of Conflict, dalam webinar Berkuasanya Taliban di Afghanistan: Apa Pengaruhnya terhadap Indonesia? yang diadakan oleh The Habibie Center pada Selasa (5/10/2021).
"Jadi menjaga kepentingan Indonesia saja dalam membangun hubungan dengan Taliban," ujar Sana Jaffrey dalam webinar Berkuasanya Taliban di Afghanistan: Apa Pengaruhnya terhadap Indonesia? yang diadakan oleh The Habibie Center pada Selasa (5/10/2021).

Kemudian pertimbangan ketiga adalah pengakuan kepada pemerintah Taliban adalah pengakuan legitimasi.

Dampak Taliban di Indonesia, perlukah membuka hubungan diplomatik?

Walau saat ini Indonesia tidak mengakui Pemerintahan Taliban di Indonesia, bukan berarti keputusan itu tidak akan berubah.

"Pemerintah Indonesia masih wait and see, seperti pernah disampaikan oleh Ibu Menlu (Retno Marsudi) bahwa Indonesia akan membangun hubungan manakala Taliban sudah memenuhi beberapa syarat," terang Jaffrey.

Ia mencontohkan, janji-janji yang diwacanakan Taliban harus ditepati dulu, seperti penegakan HAM dan mengakui hak-hak perempuan

"Politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif... dan salah satu tujuan dari konstitusi kita membangun hubungan dengan berbagai negara dalam rangka untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa. Tentunya ini perlu kita dukung."

Baca juga: Taliban Berhenti Bayar Listrik, Afghanistan Terancam Kembali ke Abad Kegelapan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Global
Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Global
3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

Global
Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Global
China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

Global
AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

Global
9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

Global
Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com