MOSKWA, KOMPAS.com - Federasi Olahraga Panjat Tebing Internasional (IFSC) meminta maaf setelah kameramen penyiar pertandingan menyorot bokong atlet putri, Johanna Farber, saat bertanding.
Pantat atlet asal Austria itu disorot close-up dalam tayangan ulang (replay) di Kejuaraan Dunia Moskwa, Rusia.
Bahkan ini adalah kali kedua Johanna Farber mendapat perlakuan tak senonoh di TV. Sebelumnya, pada Juni 2021 ia juga mengalami kejadian serupa.
Baca juga: Dari Pantat Pria Ini, Dokter Keluarkan Cacing Pita Sepanjang 17 Meter
Setelah meminta maaf pada kasus pertama, IFSC kembali melayangkan permohonan maaf atas kejadian kedua pada Sabtu (18/9/2021).
"IFSC mengecam obyektifikasi tubuh manusia dan akan mengambil tindakan lebih lanjut untuk menghentikannya, dan untuk melindungi para atlet," ujar federasi itu dikutip dari Sky News, Minggu (19/9/2021).
Presiden IFSC Marco Scolaris berkata, "Berapa kali sesuatu harus dilakukan dengan salah, sebelum kita belajar bagaimana melakukannya dengan benar?"
Olahraga panjat tebing memulai debutnya di Olimpiade Tokyo tahun ini dan popularitasnya terus melonjak, tetapi para pelaku cabor itu khawatir tidak ada cukup upaya untuk melindungi atlet wanita.
Mantan pendaki yang juga pemimpin redaksi UK Climbing.com, Natalie Berry, mengatakan kepada Sky News, "Insiden tidak sopan yang terjadi sekali lagi pada atlet yang sama sangat mengecewakan, saat lebih banyak mata tertuju pada olahraga ini daripada sebelumnya, dan semakin banyak wanita serta anak perempuan yang diperkenalkan pada panjat tebing."
"Sementara niat operator kamera dan editor mungkin bukan untuk menseksualisasikan seorang atlet dan sebaliknya untuk fokus pada cap tangan berkapur yang menarik secara visual, dalam konteks seksualisasi wanita sepanjang sejarah olahraga, itu sangat tidak pantas."
Baca juga: Nenek Ini Pukul Bokong Pasangan yang Ketahuan Berhubungan Seks di Semak-semak
Dia mendukung seruan membuat kebijakan fotografi dan pembuatan film yang kuat agar diterapkan dalam panjat tebing seperti halnya di banyak olahraga lainnya.
"Sebagai seorang atlet, kepercayaan diri merupakan faktor besar dalam kompetisi," imbuh mantan atlet asal Inggris Raya tersebut.
"Jika atlet merasa tubuh mereka ditampilkan secara tidak tepat di layar, itu dapat memengaruhi kinerja mereka secara tidak adil serta kesehatan mentalnya."
Johanna Farber tidak ingin mengomentari insiden terbaru, tetapi timnya mengatakan dia mempertahankan pendapatnya saat mengalami kasus pertama pada Juni.
"Kita harus berhenti melakukan seksualisasi terhadap wanita dalam olahraga dan mulai menghargai kinerja mereka," tegasnya kala itu.
Baca juga: Suntik Pantat Wanita dengan Jarum Berisi Sperma, Pria Ini Dipenjara
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.