Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS dan UE Sepakat untuk Kurangi Emisi Gas Metana Penyabab Pemanasan Global

Kompas.com - 14/09/2021, 20:18 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Al Jazeera

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) sepakat untuk mengurangi emisi gas metana yang membuat pemanasan global sepertiga pada akhir dekade ini.

Pakta AS dan UE terjadi menjelang pertemuan puncak dunia di Glasgow, Skotlandia pada November, yang akan membahas cara untuk mengatasi perubahan iklim dunia akibat pemanasan global, seperti yang dilansir dari Al Jazeera pada Selasa (14/9/2021).

Pakta AS dan UE diharapkan dapat mendorong efek signifikan terhadap sejumlah industri yang bertanggungjawab menghasilkan sebagian besar emisi metana di dunia, contohnya industri energi, agrikultur, pengolahan limbah.

Baca juga: 2 Juta Orang di Dunia Meninggal akibat Bencana, Makin Parah karena Perubahan Iklim

Gas metana adalah penyebab terbesar dari perubahan iklim dunia setelah karbon dioksida. Emisi gas metana ini mendapatkan pengawasan lebih ketat ketika pemerintah dunia mencari solusi untuk mengurangi pemanasan global.

Dunia melalui perjanjian iklim Paris telah menargetkan untuk mengurangi pemanasan global hingga sebesar 1,5 Celcius.

Dalam upaya untuk mengawali penerapan perjanjian iklim Paris inilah, AS dan UE pada akhir pekan ini membuat pakta bersama "Global Methane Pledge" untuk mengurangi emisi metana setidaknya 30 persen yang disebabkan oleh manusia pada 2030.

Baca juga: Biden Setujui Jutaan Hektar Lahan untuk Eksplorasi Migas, Kemunduran Perlawanan Perubahan Iklim

"Masa hidup metana di atmosfer bumi pendek, sehingga dengan bertindak cepat sekarang dapat mengurangi tingkat pemanasan global," demikian kutipan dari draft Global Methane Pledge yang dilihat oleh Reuters.

Dalam sebuah dokumen terpisah, mencantumkan lebih dari 20 negara yang akan diminta AS dan UE bergabung dalam pakta untuk mengurangi emisi gas metana.

Puluhan negara yang disebutkan termasuk penghasil besar emisi gas metana, seperti China, Rusia, India, Brasil, dan Arab Saudi. Ada juga negara lainnya, seperti Norwegia, Qatar, Inggris, Selandia Baru, dan Afrika Selatan.

Kementerian Luar Negeri AS menolak berkomentar, Komisi Eropa juga tidak segera menanggapi permintaan komentar atas dokumen tersebut.

Baca juga: Setelah Kuasai Afghanistan, Taliban Janjikan untuk Atasi Perubahan Iklim dan Keamanan Global Bersama

Potensi pemanasan global dari emisi gas metana

Para pemimpin dunia yang menuju ke Glasglow berada di bawah tekanan dari para ilmuwan, pendukung lingkungan, sentimen populer yang berkembang, agar mereka berkomitmen lebih ambisius untuk menangai pemanasan global.

Gas metana disebutkan memiliki potensi membuat perangkap panas yang lebih tinggi dari pada karbon dioksida, tetapi gas metana ini dapat terurai di atmosfer lebih cepat.

Sehingga "pengurangan yang besar-besar, cepat, dan berkelanjutan" terhadap emisi gas metana dapat berdampak positif pada pencegahan perubahan iklim dengan cepat.

Hal itu adalah fakta yang ditekankan oleh Panel Anterpemerintah dalam sebuah laporan tentang Perubahan Iklim pada bulan lalu.

Para ahli mengatakan bahwa pengendalian terhadap industri bahan bakar fosil, berpotensi besar untuk mengurangi emisi gas metana dalam dekade ini.

Baca juga: Mengenang 3 Tahun Aksi Greta Thunberg Protes Perubahan Iklim

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Global
AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

Global
Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Global
3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

Global
Ekuador Perang Lawan Geng Narkoba, 7 Provinsi Keadaan Darurat

Ekuador Perang Lawan Geng Narkoba, 7 Provinsi Keadaan Darurat

Global
[POPULER GLOBAL] Identitas Penumpang Tewas Singapore Airlines | Fisikawan Rusia Dipenjara

[POPULER GLOBAL] Identitas Penumpang Tewas Singapore Airlines | Fisikawan Rusia Dipenjara

Global
Ukraina Kembali Serang Perbatasan dan Wilayahnya yang Diduduki Rusia

Ukraina Kembali Serang Perbatasan dan Wilayahnya yang Diduduki Rusia

Global
Singapore Airlines Turbulensi, Ini Nomor Hotline bagi Keluarga Penumpang

Singapore Airlines Turbulensi, Ini Nomor Hotline bagi Keluarga Penumpang

Global
Rusia Pulangkan 6 Anak Pengungsi ke Ukraina Usai Dimediasi Qatar

Rusia Pulangkan 6 Anak Pengungsi ke Ukraina Usai Dimediasi Qatar

Global
Fisikawan Rusia yang Kembangkan Rudal Hipersonik Dihukum 14 Tahun

Fisikawan Rusia yang Kembangkan Rudal Hipersonik Dihukum 14 Tahun

Global
Misteri Area 51: Konspirasi dan Fakta di Balik Pangkalan Militer Tersembunyi AS

Misteri Area 51: Konspirasi dan Fakta di Balik Pangkalan Militer Tersembunyi AS

Global
Kepala Politik Hamas Ucap Duka Mendalam pada Pemimpin Tertinggi Iran

Kepala Politik Hamas Ucap Duka Mendalam pada Pemimpin Tertinggi Iran

Global
Panas Ekstrem 47,4 Derajat Celcius, India Liburkan Sekolah Lebih Awal

Panas Ekstrem 47,4 Derajat Celcius, India Liburkan Sekolah Lebih Awal

Global
Israel Batal Sita Kamera Associated Press Setelah Panen Kecaman

Israel Batal Sita Kamera Associated Press Setelah Panen Kecaman

Global
Hari Ini, Irlandia dan Norwegia Akan Mengakui Negara Palestina Secara Resmi

Hari Ini, Irlandia dan Norwegia Akan Mengakui Negara Palestina Secara Resmi

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com