Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Akui Masih Ada Beberapa Pesawat Evakuasi Ditahan di Afghanistan

Kompas.com - 09/09/2021, 14:13 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Daily Mail

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki mengakui pada Rabu (8/9/2021) bahwa pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memblokir penerbangan evakuasi dari Afghanistan karena mereka tidak mengetahui identitas semua orang di dalamnya.

Psaki menanggapi serangkaian pertanyaan Peter Doocy dari Fox News tentang hubungan AS dengan Taliban, dan tentang penerbangan sewaan yang membawa orang Amerika yang mencoba meninggalkan bandara Mazar-i-Sharif di Afganistan.

Baca juga: Lebih dari 1.000 Orang Terjebak di Bandara Afghanistan Tak Dapat Izin Terbang dari Taliban

"Kami tidak akan mengizinkan penerbangan yang memiliki ratusan orang yang kami tidak tahu siapa mereka, yang belum melalui protokol keamanan, di mana kami belum melihat manifesnya, untuk mendarat di pangkalan militer AS," kata Psaki.

Dia mengonfirmasi laporan dari Politico yang mengatakan bahwa Taliban menghentikan penerbangan tersebut dari lepas landas untuk melihat dokumen dari penumpang dan manifes penerbangan.

Namun menurutnya, itu dilakukan karena Departemen Luar Negeri AS menginginkan pemeriksaan itu dilakukan.

“Jadi sejumlah pesawat ini, mereka mungkin memiliki segelintir warga negara Amerika, tetapi mereka mungkin memiliki beberapa ratus orang di mana kami tidak memiliki manifes untuk mereka, kami tidak tahu apa protokol keamanan untuk mereka, kami tidak tidak tahu dokumentasi mereka,” kata Psaki melansir Daily Mail pada Selasa (8/9/2021).

Lebih lanjut kata dia, ada pertanyaan mendasar dan merupakan salah satu pilihan sulit yang dihadapi pemerintahan. Yakni terkait apakah negara akan mengizinkan pesawat dengan ratusan orang, tanpa tahu siapa mereka, dan protokol keamanan apa yang harus diberikan, untuk mendarat di pangkalan militer AS.

Baca juga: Protes Pecah di Kabul, Taliban Kunci Perempuan Afghanistan di Ruang Bawah Tanah

Psaki juga dihadapkan pada pertanyaan terkait banyaknya teroris yang masuk daftar FBI dalam pemerintahan Afghanistan yang baru daripada wanita.

“Pertama-tama, tidak seorang pun dalam pemerintahan ini (AS), bukan presiden, atau siapa pun di tim keamanan nasional, akan menyarankan Taliban dihormati dan dihargai sebagai anggota komunitas global,” jawab Psaki.

“Mereka tidak mendapatkan itu dengan cara apapun,” tegasnya.

Pemerintah AS kata dia belum mengesahkan legitimasi itu dam belum menyampaikan bahwa AS akan mengakui pemerintahan Afghanistan yang baru itu.

Pihaknya mengaku tak terburu-buru untuk mengakui pemerintahan baru tersebut. Apalagi, ada banyak hal yang harus Taliban lakukan sebelum mendapat legitimasi itu.

“Apa yang sedang kami kerjakan adalah melibatkan mereka - karena mereka mengawasi dan mengendalikan Afghanistan sekarang - untuk mengeluarkan warga negara Amerika, penduduk tetap yang sah, dan pelamar SIV dari Afghanistan.”

Baca juga: PM Interim Afghanistan Minta Orang yang Bekerja dengan AS untuk Pulang

Psaki menambahkan bahwa dunia menyaksikan bagaimana Taliban berperilaku, termasuk jika mereka mengizinkan orang meninggalkan yang ingin pergi dari negara itu, dan bagaimana mereka memperlakukan wanita.

Sekretaris pers Gedung Putih juga mencatat bahwa sejauh ini, “Taliban gagal”.

"Dan karena itu kami tidak bergerak menuju pengakuan (pemerintahan)," katanya.

“Pada saat yang sama, kita sedang berhadapan dengan dunia nyata di sini. Kita harus terlibat untuk mengeluarkan warga Amerika dan yang lainnya dari negara itu," tambah Psaki.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com