Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelompok Pemberontak Guinea Bebaskan Puluhan "Tahanan Politik"

Kompas.com - 08/09/2021, 16:51 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Langkah itu memicu demonstrasi massal di mana puluhan pengunjuk rasa tewas.

Conde memenangkan pemilihan, tetapi oposisi politik berpendapat bahwa jajak pendapat itu palsu.

Baca juga: Pemimpin Kudeta Guinea Larang Para Pejabat Pemerintah ke Luar Negeri

Letkol Doumbouya, beberapa jam setelah mengambil alih kekuasaan, muncul di televisi dan menuduh pemerintah melakukan "korupsi endemik" dan "menginjak-injak hak warga negara".

Keberadaan Conde saat ini tidak diketahui, meskipun militer telah menjamin keselamatannya.

Sebuah video yang dikirim ke AFP oleh para pemberontak pada Minggu (5/9/2021) menunjukkan Conde tampak kusut duduk di sofa dikelilingi oleh pasukan. Dia mengenakan celana jins dan kemeja yang sebagian tidak dikancing.

Dia menolak untuk menjawab pertanyaan tentang apakah dia dianiaya.

'Demokrasi damai'

Kudeta militer disambut dengan kegembiraan di beberapa bagian Conakry. Penduduk turun ke jalan untuk memuji tentara yang lewat.

Cellou Dalein Diallo, pemimpin oposisi utama negara itu, juga mendukung langkah itu. Dia berharap langkah ini akan mengarah pada "demokrasi yang damai" di negara berpenduduk 13 juta orang tersebut.

Pada Senin (6/9/2021), koalisi oposisi Diallo ANAD mendesak militer yang berkuasa untuk mendirikan "lembaga yang sah dan mampu melaksanakan reformasi", dan untuk menegakkan supremasi hukum.

Baca juga: Pemain Liverpool Naby Keita dan Kakak Paul Pogba Terjebak Kudeta Guinea

Para pemberontak Guinea membubarkan konstitusi dan pemerintah setelah kudeta.

Pada Selasa (7/9/2021), tentara mulai membongkar penghalang jalan polisi dan tentara di sekitar ibu kota. Para pengkritik Conde mengeklaim itu dipasang untuk mengendalikan protes.

Tidak ada kematian yang dilaporkan secara resmi dalam pemberontakan itu, meskipun laporan di media Guinea menunjukkan bahwa antara selusin dan 20 orang tewas.

AFP tidak dapat mengonfirmasi secara independen laporan tersebut.

Tidak ada “perburuan penjahat”

Dalam penampilan publik pertamanya sebagai pemimpin militer pada Senin (6/9/2021), Letkol Doumbouya berjanji tidak akan ada "perburuan” terhadap mantan anggota pemerintah.

Namun, menteri tetap dilarang meninggalkan negara itu.

Letkol Doumbouya juga berusaha meyakinkan komunitas bisnis, yang khawatir akan potensi gangguan dalam rantai pasokan komoditas.

Pertambangan adalah tulang punggung ekonomi Guinea, yang memiliki sumber daya mineral yang melimpah, dari bauksit dan bijih besi hingga emas dan berlian.

Letkol Doumbouya mengeklaim Guinea akan terus menjunjung tinggi "semua usaha dan perjanjian penambangannya".

Letkol Doumbouya, pemimpin kudeta ini berusia 40-an awal dan dilatih di akademi militer Perancis Ecole de Guerre. Dia juga anggota Legiun Asing Perancis.

Baca juga: AS Mengutuk Kudeta Guinea, Presiden Alpha Conde Diculik

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com