SINGAPURA, KOMPAS.com - Singapura memperingatkan bahwa mereka mungkin perlu menerapkan kembali pembatasan Covid-19, jika wabah baru varian Delta yang sangat menular tidak dapat diatasi.
Kondisi terbaru itu menempatkan rencana menuju “hidup bersama Covid-19” yang diusung negara kota itu dalam bahaya.
Baca juga: Singapura Akan Suntikkan Booster Vaksin Covid-19 ke Orang Tua dan Imunitas Lemah
Jumlah infeksi baru Covid-19 Singapura berlipat ganda dalam seminggu terakhir, menurut Kementerian Kesehatan negara itu. Jumlahnya meningkat menjadi lebih dari 1.200 kasus untuk sepekan terakhir (5 September).
Hingga saat ini, Covid-19 Singapura mencatat total 68.901 infeksi dan 55 kematian, menurut Universitas Johns Hopkins.
Pada Senin, Lawrence Wong, Kepala Gugus Tugas Covid-19 Singapura, mengatakan bukan hanya jumlah total kasus harian yang menjadi perhatian pemerintah, tetapi juga "tingkat penyebaran virus."
"Kita tahu dari pengalaman negara lain bahwa ketika kasus meningkat begitu tajam akan ada lebih banyak kasus ICU dan lebih banyak orang yang meninggal karena virus," katanya melansir CNN pada Selasa (7/9/2021).
Singapura menerapkan kebijakan "nol Covid" yang agresif selama pandemi Covid-19. Pembatasan ketat diberlakukan termasuk dengan menutup restoran, perbatasan, dan menegakkan jarak sosial.
Tetapi pada Juni, pemerintah “Negeri Singa” mengumumkan rencana bergerak menuju strategi “hidup bersama Covid-19”. Usaha mengendalikan wabah tetap dilakukan dengan vaksin dan memantau rawat inap, namun tidak membatasi kehidupan warganya.
"Kabar buruknya adalah Covid-19 mungkin tidak akan pernah hilang. Kabar baiknya, adalah mungkin untuk hidup normal dengannya di tengah-tengah kita," tulis pejabat tinggi Covid-19 Singapura pada Juni.
Baca juga: Singapura Sudah Vaksinasi Penuh 80 Persen Warganya, Tertinggi di Dunia
Singapura memiliki salah satu tingkat vaksinasi Covid-19 tertinggi di dunia, dengan lebih dari 80 persen populasinya divaksinasi lengkap.
Sepanjang Agustus, negara itu mulai melonggarkan beberapa pembatasan Covid-19. Orang yang divaksinasi penuh dapat makan di restoran dan berkumpul dalam kelompok berisi lima orang, naik dua orang dari ketetapan sebelumnya.
Tetapi pada Senin (6/9/2021) Kepala Gugus Tugas Covid-19 Singapura Wong, mengatakan wabah baru menghentikan pembukaan kembali lebih lanjut.
Menurutnya, Singapura akan berusaha menahan wabah baru melalui pelacakan kontak yang lebih agresif dan dengan “memagari” kasus dan klaster.
Tes Covid-19 wajib untuk pekerja berisiko tinggi juga akan lebih sering dilakukan, menjadi seminggu sekali, bukan setiap dua minggu sekali.
Baca juga: Singapura Bersiap Hidup-Mati dengan Covid-19 dalam Jangka Panjang
Daftar pekerja yang dikenai pengujian wajib diperluas, mencakup staf ritel, pengiriman, dan transportasi umum.