Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasca Teror Penikaman di Mal, Selandia Baru akan Kriminalisasi Perencanaan Serangan

Kompas.com - 05/09/2021, 13:37 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Al Jazeera

Pada Agustus 2018, dia kembali membeli pisau dan ditangkap serta dipenjara. Dia dibebaskan ke komunitas pada Juli tahun ini ketika pengawasan dimulai, menurut Ardern.

PM Selandia Baru juga telah mendapat pengarahan tentang kasus tersebut pada akhir Juli dan lagi pada akhir Agustus. Para pejabat, termasuk komisaris polisi, akhirnya mengangkat kemungkinan untuk mempercepat amandemen undang-undang kontra-terorisme.

Ardern mengatakan ingin menjelaskan mengapa pelaku tidak dideportasi tetapi tidak bisa karena hal itu akan melanggar perintah pengadilan, yang juga mencegahnya mengidentifikasi dia.

Baca juga: Selandia Baru Laporkan Kematian Pertama Terkait Vaksin Pfizer

Tapi dia mengatakan tidak berniat menyebut pelaku.

“Tidak ada teroris, baik yang masih hidup atau sudah meninggal, yang namanya pantas disebutkan karena keburukan yang mereka cari,” katanya.

Kelompok supermarket Selandia Baru Countdown pada Sabtu (4/9/2021) mengatakan mereka telah mengeluarkan pisau dan gunting dari raknya sambil mempertimbangkan apakah akan terus menjualnya.

"Kami ingin semua tim kami merasa aman ketika mereka datang untuk bekerja," kata Kiri Hannifin, manajer umum untuk keselamatan dari Countdown, dalam sebuah pernyataan media.

Jaringan supermarket lain juga telah mengeluarkan pisau tajam dari rak mereka, menurut laporan media.

Baca juga: Kasus Covid-19 Naik 107 Kali Lipat, Selandia Baru Lanjutkan Lockdown

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com