Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

27 Agustus dalam Sejarah: Perang 38 Menit Britania-Zanzibar pada 1896

Kompas.com - 27/08/2021, 14:48 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber History

 

KOMPAS.com - Singkat, tak bertele-tele, langsung ke titik pusat serangan.

Inilah yang terjadi dalam perang santara Britania Raya dan Kesultanan Zanzibar pada 27 Agustus 1896.

Dilansir History, konflik ini berlangsung selama 38 menit saja, sehingga disebut sebagai perang tersingkat sepanjang sejarah.

Wafatnya Sultan Hamad bin Thuwaini yang pro-Britania pada tanggal 25 Agustus 1896 jadi pemicunya.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Lahirnya Palang Merah 22 Agustus 1864

Saat itu, Sultan Khalid bin Barghash yang menggantikannya.

Tapi, Britania lebih suka sosok lain, yakni Hamud bin Muhammed yang menjadi sultan karena lebih memihak kepentingannya.

Sesuai perjanjian yang ditandatangani tahun 1886, syarat naik tahta sultan memang harus mendapat izin dari konsul Britania.

Khalid yang menjabat, tidak memenuhi persyaratan ini.

Britania menganggap hal ini sebagai "casus belli" dan langsung mengirim ultimatum ke Khalid agar pasukannya menyerah dan meninggalkan istana.

Sebagai balasannya, Khalid mengumpulkan para penjaga istana dan mengurung diri di dalam istana.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Ledakan Gas CO2 di Kamerun, 1.746 Orang dan 3.500 Ternak Tewas

Ultimatum yberakhir pukul 09.00 Waktu Afrika Timur (EAT) tanggal 27 Agustus.

Saat itu, Britania sudah menyiapkan tiga kapal penjelajah, dua kapal meriam, 150 marinir dan pelaut, dan 900 tentara Zanzibar di pelabuhan.

Kontingen Angkatan Laut Britania dipimpin Laksamana Muda Harry Rawson, sementara tentara Zanzibar dipimpin Brigadir Jenderal Lloyd Mathews dari Angkatan Darat Zanzibar.

Sekitar 2.800 penduduk Zanzibar melindungi istana, yang kebanyakan direkrut dari warga sipil, serta penjaga istana dan sekian ratus pelayan beserta budaknya.

Mereka memiliki sejumlah artileri dan senjata mesin yang dipasang di depan istana agar terlihat oleh kapal-kapal Britania.

Pengeboman pun segera dilancarkan pukul 09:02.

Istana pun terbakar dan artileri rusak. Manuver kecil terjadi di laut berhasil menenggelamkan satu pesiar kerajaan dan dua kapal kecil Zanzibar.

Sejumlah tembakan yang ditujukan pada tentara Zanzibar pro-Britania tidak efektif. Bendera di istana akhirnya ditembak jatuh, seiring kebakaran yang padam pukul 09.40.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: 13 Agustus 1961 Tembok Berlin Dibangun, Pisahkan Jerman Barat dan Timur

Pasukan sultan kehilangan 500 personelnya, sementara hanya satu pelaut Britania yang terluka.

Sultan Khalid mendapatkan perlindungan di konsulat Jerman sebelum kabur ke Afrika Timur Jerman, tepatnya di daratan Tanzania.

Britania segera memasang Sultan Hamud di tampuk kekuasaan sebagai kepala pemerintahan boneka.

Perang ini menandai akhir dari Kesultanan Zanzibar sebagai negara berdaulat.

Britania Raya pun kembali menanamkan pengaruhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com