KABUL, KOMPAS.com – Setelah Taliban mengambil alih Kabul, sejumlah ahli kontraterorisme khawatir Afghanistan menjadi tanah yang subur bagi perkembangan kelompok teroris, terutama Al Qaeda dan ISIS.
Pada Kamis (26/8/2021), dua bom bunuh diri mengguncang di dekat bandara Kabul saat proses evakuasi masih berlangsung.
Sedikitnya 90 warga sipil tewas dan 13 tentara AS meninggal akibat ledakan bom bunuh diri tersebut.
Baca juga: Disebut Biden Sebagai Musuh Besar Taliban, Apa Itu ISIS-K?
Sebelumnya, negara-negara Barat telah memperingatkan adanya potensi ancaman dari ISIS di sekitar bandara Kabul.
Akhirnya, ISIS-K (Khorasan), kelompok yang berafiliasi dengan ISIS di Afghanistan, mengeklaim bertanggung jawab atas serangan mematikan tersebut sebagaimana dilansir Reuters.
Sejumlah pakar kontraterorisme mengatakan, baik ISIS maupun Al Qaeda tetap menjadi ancaman di negara tersebut meski jumlah mereka semakin menyusut.
Melansir The New York Times, kedua kelompok tersebut tidak akur dan merupakan saingan berat. Al Qaeda dan ISIS juga beroperasi dengan cara yang berbeda.
Baca juga: Bom Kabul Afghanistan Terbaru Diklaim ISIS-K, Ini Kata Mereka
Al Qaeda telah bertransformasi secara substansial sejak Osama bin Laden mengawasi organisasi tersebut dan merencanakan serangan 11 September 2001 di AS.
Beberapa tahun setelah itu, kedudukan kepemimpinan terpusatnya di mata cabang-cabang Al Qaeda telah menurun.
Sementara kelompok-kelompok milisi lokal di Suriah, Irak, Afrika Barat, dan sebagian Asia telah beradaptasi.
Bahkan terkadang, mereka rela membuang ideologi Al Qaeda untuk mengejar tujuan-tujuan lokal. Hingga akhirnya, Osama bin Laden dilaporkan terbunuh setelah diserang pasukan AS.
Baca juga: ISIS-K Dalang di Balik Bom Bunuh Diri Kabul Afghanistan, Joe Biden Bersumpah Memburu
Setelah itu, ada faksi besar yang membelot dari Al Qaeda dan mendirikan ISIS. Kelompok ini kemudian mempertahankan kepemimpinan yang lebih terpusat.
Cabang-cabang ISIS tidak hanya mempertahankan ideologi organisasi aslinya, tetapi juga memiliki hubungan operasional yang kuat.
Salah satu penulis buku tentang ISIS dan pemimpin redaksi majalah Newlines, Hassan Hassan, mengatakan bahwa hal itu memungkinkan ISIS untuk mempertahankan persatuan dengan cara yang tidak dimiliki Al Qaeda.
Hassan membandingkan Al Qaeda dan ISIS semacam “waralaba”.
Baca juga: Ancaman ISIS Mengintai Upaya Evakuasi dari Bandara Kabul
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.