LONDON, KOMPAS.com - Setiap periode ajaran baru biasanya orang tua mengeluarkan sejumlah uang untuk perlengkapan sekolah anaknya, umumnya sekitar ratusan ribu rupiah.
Namun tidak untuk Doris Russell, ibu asal Inggris ini bisa mengeluarkan uang sampai 2.000 poundsterling (Rp 39,5 juta) hanya untuk perlengkapan sekolah putranya, Charlie.
Anak usia 10 tahun itu diwartawan oleh The Sun pada Selasa (23/8/2021), menyukai barang-barang bermerek kelas atas, seperti Tommy Hilfiger, Cotton Candy, Nike dan Adidas.
Baca juga: Seorang Anak Palestina 15 Tahun Tewas dalam Serangan Israel di Tepi Barat
Russell sudah mengeluarkan uang 120 poundsterling (Rp 2,4 juta) untuk mantel Tommy Hilfiger, dan Rp 2,4 juta lainnya untuk sepatu sekolah hitam Nike Airforce 1.
Mengeluarkan 60 poundsterling (Rp 1,2 juta) untuk sepatu bola Nike Phantom, 80 poundsterling (Rp 1,6 juta) untuk celana dalam Calvin Klei, serta Rp 2,4 juta untuk kemeja sekolah putih dan celana hitamnya.
Ibu 39 tahun dari Wimborne, Dorset itu mengatakan bahwa anak laki-lakinya itu sudah kenal fesyen, karena telah menjadi model untuk merek Adidas, Tommy Hilfiger, dan Zara.
Sehingga, ia semakin ingin menjaga citranya dan menolak untuk memakai barang-barang perlengkapan olahraga yang biasa saja.
"Selama lockdown, Charlie menghabiskan lebih banyak uang setiap hari untuk membeli barang bermerek dan mengeluarkannya (uang) lebih sulit dari pada sebelumnya," ujar ibu dua anak itu.
Baca juga: VIDEO: Ibu Tekel Anak Balitanya yang Terobos Masuk Lapangan MLS
Untuk olahraga, dia juga hanya mau pakai celana pendek dari Adidas yang harga satuannya 35 poundsterling (Rp 700.000) dan kaus Nike 20 poundsterling (RP 400.000).
Selain standar merek itu dia "tidak mau yang lebih murah, seperti yang dipakai anak-anak lain".
“Bahkan kaus kakinya sangat mahal. Dia memakai Adidas untuk perlengkapan olahraga dan Calvin Klein hitam untuk seragam harian, seharga 40 poundsterling (Rp 800.000). Saat ini, saya sedang mencari ransel baru, Nike atau Adidas," ungkapnya.
"Saya beruntung putra saya satunya suka Primark dan tidak peduli apa yang dia pakai. Itu melegakan saya," imbuhnya.
Pengeluarannya yang besar akan mengejutkan banyak orang tua yang berjuang untuk membeli perlengkapan dasar seragam sekolah.
Laporan The Children's Society memperkirakan bahwa lebih dari 1,1 juta anak tinggal di keluarga yang telah mengurangi pengeluaran makanan atau kebutuhan pokok lainnya untuk membayar seragam anak sekolah.
Baca juga: Seorang Ibu 11 Anak Berhasil Selamatkan 10 Anak Perempuan dari Tim Robotika Afghanistan
Diperhitungkana ada 68 persen orang tua khawatir untuk membayar barang-barang perlengkapan untuk anaknya kembali ke sekolah.
Russell mengaku senang hati mengeluarkan biaya besar untuk Charlie.
"Ini adalah hadiah untuk kerja kerasnya. Dia tidak manja, dia sopan, pekerja keras, dan kebetulan saja ia menyukai pakaian desainer," ujar Russsell.
“Sejak dia masih balita, dia selalu ingin terlihat baik. Saya telah menghabiskan ribuan poundsterling, tidak hanya untuk seragam sekolah, tetapi juga untuk ponsel, komputer, dan pakaian untuk dipakai ke pesta sepulang sekolah," terangnya.
Ia mengungkapkan kecintaan anaknya terhadap barang bermerek karena ia telah menjadi model sejak usia 5 tahun. Sejak itu, ia sering mendapatkan hadiah pakaian dari para desainer tempat putranya tampil di catwalk.
"Jadi, dia terobsesi. Dia bersaing dengan anak laki-laki lain dalam kontes," ucap ibu satu ini.
Baca juga: FOTO: Tentara AS Gendong Bayi dan Bantu Anak-anak Saat Evakuasi dari Afghanistan
Russell berusaha menabung dan membeli apa yang diminta Charlie, dari pada belanja untuk dirinya sendiri.
"Saya tidak ingat kapan terakhir kali saya membeli pakaian baru untuk diri saya sendiri," ujarnya.
Russell secara terbuka mengungkap penghasilannya 25.000 pounsterling (Rp 493,7 juta) per tahun sebagai pengasuh. Sementara suaminya, Daniel (41 tahun), adalah petugas perbatasan yanag penghasilannya sekitar 30.000 pounsterling (Rp 592,4 juta) per tahun.
“Jika saya membeli sesuatu, itu murah. Saya cukup perawatan rendah dan belum pernah ke penata rambut dalam 12 bulan," kata wanita 39 tahun ini.
“Charlie pergi ke penata rambut setiap 4 pekan, dengan biaya 16 pounsterling (Rp 316.000). Dia hanya akan membiarkan satu orang memotong rambutnya," lanjutnya.
"Saya senang melakukan pengorbanan. Saya bekerja keras dan terserah saya bagaimana saya mengeluarkan uang saya," pungkasnya.
Baca juga: Kematian Anak yang Terjebak dalam Mobil Panas Meningkat di AS
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.