"Saya belajar Bahasa Indonesia dari orangtua saya dan tanpa disangka saya dapat berkomunikasi dengan warga Bali tanpa kendala apa pun," tutur Fu. "Kami bahkan memiliki logat yang sama dan itu memberi saya rasa keakraban."
Cai pergi ke Bali lebih dari 10 kali sejak 1996. Sebagai anggota inti tim kesenian di Komunitas Nanshan, Cai memimpin anggota yang lebih muda untuk menampilkan pertunjukan bagi warga Bali, bernyanyi serta menari dengan gaya yang memadukan karakter China dan Indonesia.
Baca juga: AS Segera Kembalikan 17.000 Artefak Kuno Hasil Jarahan ke Irak
"Orang Indonesia keturunan China dan warga China yang ada di Indonesia belajar lebih banyak tentang China kontemporer dari jenis komunikasi ini," kata Cai. "Mereka mengagumi kehidupan kami di China sini, khususnya semua kebijakan yang mendukung kaum lansia."
Selain semua aktivitas pertukaran budaya, Nanshan dan Bali saling membantu di kala susah.
"Tahun lalu ketika pandemi sedang parah di China, warga Bali memberikan banyak masker kepada kami," ujar Luo Ping, sekretaris partai untuk Komunitas Nanshan. "Tahun ini, giliran kami untuk memberi kepada mereka."
Menurut Luo, siswa taman kanak-kanak di Nanshan memiliki kelas untuk mempelajari bahasa, lagu, dan tarian Indonesia. Dengan begitu, mereka dapat memahami kisah-kisah nenek moyang mereka, serta berkontribusi bagi pertukaran budaya antara China dan Indonesia di masa depan.
Baca juga: Olimpiade Kuno Yunani 2.400 Tahun Lalu: Bertanding Telanjang, Disaksikan Wanita Lajang
Oktober tahun lalu, dengan dukungan pemerintah setempat, Komunitas Nanshan mendirikan kawasan kuliner (food street) khas Indonesia guna lebih mempromosikan berbagai kisah warga China perantauan. Fu menjadi salah satu orang pertama yang membuka restoran di kawasan itu.
Kini, saat berjalan di sepanjang jalan di kawasan tersebut, kita bisa mencium berbagai aroma masakan Indonesia.
Tidak jauh dari kawasan kuliner ini, terdapat taman adat masyarakat Indonesia yang selesai dibangun dalam setahun.
Fu berniat, saat pandemi berakhir nanti, dirinya akan pergi ke Bali untuk membeli tidak saja rempah-rempah bagi restorannya, tetapi juga dua patung batu khas Bali, kemudian meletakkan kedua patung tersebut di depan gerbang taman adat itu.
Baca juga: Tragedi Terbakarnya Perpustakaan Alexandria, Banyak Manuskrip Kuno Musnah
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.