Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Film De Oost, Simbol Keberanian Anak Muda Belanda yang Picu Kontroversi

Kompas.com - 06/08/2021, 21:36 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

AMSTERDAM, KOMPAS.com - De Oost (The East) adalah film fiksi Belanda pertama yang menggambarkan sosok Raymond Westerling. Film itu dipuji sebagai "simbol keberanian anak muda Belanda" yang jujur melihat sejarahnya sendiri. Di sisi lain, sejumlah pihak, termasuk putri Westerling, mengkritik film itu yang disebutnya "memutarbalikkan fakta" dan "menyebarkan kebohongan".

Westerling adalah pemimpin Depot Speciale Troepen (DST), satuan khusus militer Belanda yang terlibat aksi pembantaian di Sulawesi Selatan pada 1946 hingga 1947.

Sejumlah sejarawan Indonesia menyebut ada sekitar 40.000 korban pembantaian Westerling di Sulawesi Selatan. Sementara di Belanda, jumlah korban yang dilaporkan adalah sekitar 3.000 orang.

Baca juga: Kontroversi De Oost, Film Belanda yang Berani Mengorek Kekejaman Westerling

Di Indonesia, keluarga korban Westerling berharap film ini bisa menjadi medium yang menceritakan peristiwa pembantaian masa lalu.

Film untuk 'sosok antagonis ideal'

De Oost menceritakan sosok protagonis Johan De Vries (diperankan Martijn Lakemeier), seorang tentara muda Belanda yang menjadi anak buah Raymond Westerling (diperankan Marwan Kenzari) dalam operasi melawan pasukan anti-gerilya di Sulawesi Selatan.

Dalam film yang tayang di Belanda pada pertengahan Mei lalu itu, penonton dapat melihat gejolak emosi Johan saat menyaksikan pembantaian oleh Westerling, yang dalam film hanya disebut sebagai Raymond atau 'De Turk'. Julukan itu klop dengan tempat kelahiran Westerling, yaitu Istanbul, Turki.

Tembakan demi tembakan kepada warga kampung yang dituding sebagai pemberontak meninggalkan trauma dan rasa bersalah pada Johan.

De Oost menceritakan sosok protagonist, Johan De Vries (diperankan Martijn Lakemeier), yang mengalami pergolakan batin saat menjadi anak buah Westerling.MILAN VAN DRIL via BBC INDONESIA De Oost menceritakan sosok protagonist, Johan De Vries (diperankan Martijn Lakemeier), yang mengalami pergolakan batin saat menjadi anak buah Westerling.
Film ini digarap sutradara Jim Taihuttu, seorang warga Belanda keturunan Maluku.

Sander Verdonk, asal Belanda, dan Shanty Harmayn, asal Indonesia, bersama-sama memproduseri film ini.

Sander menceritakan bahwa di Belanda, perang di Indonesia ini jarang diketahui.

"Di Indonesia, semua orang tahu tentang Perang Kemerdekaan. Di Belanda, tak ada yang tahu atau hanya sedikit orang yang tahu. Mereka bahkan tak menyebutnya perang, tapi aksi polisional.

"Saya pikir perspektif historis ini menarik. Kakek buyut Jim meninggal dunia dalam perang ini, tapi dia tak pernah mendengar tentang peristiwa ini," kata Sander.

Dalam riset film selama sekitar empat tahun, tim ini mengenali sosok Westerling, yang disebut Sander layaknya "antagonis ideal".

Baca juga: Kisah Amin Daud Korban Pembantaian Westerling: Tahanan Diikat, Diberondong Tembakan

Film itu, katanya, memang fiktif. Tapi penggambaran Westerling di film itu, disebutnya "sangat sedikit sisi fiktifnya."

"Yang dilakukannya di dunia nyata sangat dramatis dan tragis. Kami hanya menunjukkan sedikit dari itu, tak sejahat dan seburuk yang terjadi sebenarnya.

"Tapi ini cara yang baik menunjukkan dua sisi dari perang ini. Orang Belanda tak mau membicarakan ini atau tidak tahu, apalagi mengetahui kejahatan perang yang terjadi," kata Sander.

Di Indonesia, semua orang tau tentang Perang Kemerdekaan. Di Belanda, tak ada yang tahu atau hanya sedikit orang yang tahu.MILAN VAN DRIL via BBC INDONESIA Di Indonesia, semua orang tau tentang Perang Kemerdekaan. Di Belanda, tak ada yang tahu atau hanya sedikit orang yang tahu.
Dalam wawancara yang sama, Shanty mengatakan, di Indonesia sejarah terkait Westerling memang diajarkan di sekolah, tapi tidak secara detil.

"Yang menarik adalah ini film dari negara, yang pada dasarnya, mau menceritakan kejahatan perang yang mereka lakukan.

"Saya pikir 'wow, ini berani' dan ini adalah bagian dari sejarah kita," kata Shanty.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com