WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Badan Pengawasan Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat memperingatkan pada Senin (12/7/2021) tentang adanya kasus pada vaksin Covid-19 Johnson & Johnson, berupa gangguan neurologis langka yang disebut Guillain-Barre Syndrome (GBS).
Johnson & Johnson (J&J) adalah perusahaan pengembang vaksin Covid-19 yang diberikan otorisasi untuk memberikan suntikan darurat pada Februari, tetapi sedikit digunakan di Amerika.
Berdasarkan analisis sistem pemantauan vaksinasi federal, pejabat AS telah mengidentifikasi 100 laporan awal GBS, setelah sekitar 12,5 juta dosis vaksin Johnson & Johnson diberikan.
Baca juga: Vaksin Johnson & Johnson Diklaim Bisa Beri Kekebalan Lebih Lama
Melansir AFP pada Selasa (13/7/2021), dari laporan tersebut diketahui 95 dari 100 orang mengalami kondisi serius dan memerlukan rawat inap. Ada satu orang dilaporkan telah meninggal.
GBS adalah gangguan neurologis, di mana sistem kekebalan tubuh merusak sel-sel saraf, menyebabkan kelemahan otot atau, dalam kasus yang paling parah, menyebabkan kelumpuhan.
Ini mempengaruhi sekitar 3.000 hingga 6.000 orang setiap tahun di Amerika Serikat, dan sebagian besar telah pulih.
Pada kebanyakan orang, gejala GBS dimulai dalam 42 hari setelah menerima vaksin Johnson & Johnson, dan "kemungkinan hal ini terjadi sangat rendah."
Baca juga: Vaksin Johnson & Johnson Dinilai Efektif Lawan Semua Varian Covid-19
Individu harus segera mencari pertolongan medis, jika mereka mengalami kelemahan atau sensasi kesemutan, terutama di kaki atau lengan, yang memburuk atau menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Kesulitan berjalan, kesulitan menggerakan wajah, termasuk berbicara, mengunyah atau menelan, mengalami penglihatan ganda atau ketidakmampuan untuk menggerakkan mata, dan hilangnya fungsi kandung kemih atau usus, merupakan gejala yang harus segera dikonsultasikan ke dokter.
Sementara itu, FDA terus bekerja sama dengan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) dalam pengawasan keamanan vaksin Covid-19, "terus menemukan manfaat yang diketahui dan potensi yang jelas lebih besar dari pada risiko yang diketahui dan potensial," kata pejabat terkait.
Baca juga: Disebut Lebih Pilih Lihat Mayat Menumpuk Ketimbang Lockdown, Boris Johnson Buka Suara
Kemunculan GBS juga telah diamati meningkat pada vaksin tertentu, termasuk beberapa vaksin influenza musiman dan vaksin untuk mencegah herpes zoster.
Namun sejauh ini, tidak ada sinyal serupa yang diidentifikasi dengan vaksin Covid-19 Moderna dan Pfizer-BioNTech.
Vaksin J&J telah mengalami masalah produksi besar, dan pabrik Baltimore yang bertanggung jawab atas pembuatannya telah ditutup selama 3 bulan karena masalah kontaminasi.
Baca juga: Dwayne “The Rock” Johnson Pertimbangkan Usulan Jadi Presiden AS, Ini Alasannya
Suntikan vaksin J&J itu juga telah dihentikan sementara pada April, setelah risiko tinggi diidentifikasi terkait terjadinya efek pembekuan darah yang langka, kebanyakan pada wanita yang lebih muda.
Penghentian sementara dicabut setelah ditetapkan bahwa risiko bahayanya jauh lebih kecil dari pada manfaatnya yang jauh lebih besar. Namun, masalah tersebut menimbulkan penurunan permintaan vaksin J&J yang berlangsung lama.
Berita terbaru soal gangguan neurologis langka pada vaksin J&J muncul ketika permintaan vaksin Covid-19 di Amerika Serikat terus menurun.
Sekitar 430.000 suntikan vaksin Covid-19 yang diberikan sehari. Rata-rata 7 hari permintaan puncak suntikan vaksin adalah sekitar 3,5 juta, pada April.
Baca juga: Johnson & Johnson Ajukan Vaksin Darurat ke FDA
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.