WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Perusahaan multinasional Amerika Serikat (AS) yang bergerak di bidang medis, Johnson & Johnson (J&J ) mengajukan vaksin Covid-19 daruratnya ke Food and Drug Administration (FDA) pada Kamis (4/2/2021) untuk diotorisasi.
Jika pihak FDA memberi izin, maka vaksin J&J akan menjadi vaksin ketiga yang disetujui di AS, bersama dengan Pfizer-BioNTech dan Moderna, lapor NBC News.
Dr Paul Stoffels, kepala petugas ilmiah J&J dalam pernyataan rilis mengatakan bahwa pengajuan tersebut adalah langkah penting untuk mengurangi beban penyakit bagi orang-orang di seluruh dunia dan mengakhiri pandemi.
Perusahaan itu akan siap mengirimkan vaksin setelah disetujui. Masih belum jelas berapa banyak dosis yang akan disediakan namun pihak J&J sebelumnya pernah mengatakan akan memasok sebanyak 100 juta dosis ke AS pada Juni mendatang.
Vaksin J&J yang dibuat dalam kemitraan dengan Janssen Pharmaceuticals hanya memerlukan pendinginan dasar dan dapat diberikan dalam dosis tunggal.
Baca juga: Korut Minta Kiriman Vaksin Covid-19, 2 Juta Dosis Siap Meluncur
Vaksin lain, Pfizer-BioNTech dan Moderna serta vaksin yang tengah dipelajari, AstraZeneca dan Novavax memerlukan 2 dosis.
Menurut uji klinis fase 3, vaksin J&J mampu mencegah kemungkinan rawat inap dan kematian akibat Covid-19 pada manusia, empat minggu usai menerima suntikan.
Efek tersebut khususnya diamati pada orang yang terinfeksi varian virus dari Inggris dan Afrika Selatan yang dapat menghambat kemanjuran vaksin.
Efek tersebut tampak dalam temuan uji klinis fase 3 yang dilakukan berdasarkan wilayah. Di AS, vaksin tersebut efektif 72 persen untuk mencegah penyakit sedang menuju parah.
Adapun di Afrika Selatan, vaksin memiliki keefektivan 57 persen.
Baca juga: China Akan Sumbangkan 10 Juta Dosis Vaksin Covid-19 ke Covax
Saat peneliti melihat pada efek suntikan pada penyakit yang parah, terbukti 85 persen efektif secara global.
Pekan lalu, dr Anthony Fauci, Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (CDC AS), mengatakan menjauhkan orang dari rumah sakit dan mencegah penyakit parah adalah "hal yang paling penting."
"Jika Anda dapat mencegah penyakit parah pada sebagian besar orang, itu akan mengurangi begitu banyak stres pada sistem perawatan kesehatan," kata Fauci.
Uji coba Pfizer-BioNTech dan Moderna dirancang untuk memeriksa dampak dari dua dosis. Percobaan Johnson & Johnson sejauh ini membatasi penelitian hanya pada satu dosis, meskipun studi tentang suntikan penguat terus berlanjut.
Vaksin Johnson & Johnson menggunakan virus flu biasa yang tidak aktif, yang disebut adenovirus, untuk mengajarkan sistem kekebalan dalam mengenali dan melawan SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Covid-19.
Pendekatan tersebut berbeda dengan vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna, yang menggunakan materi genetik yang disebut messenger RNA, atau mRNA, untuk melatih sistem kekebalan.
Baca juga: 12 Anak Dirawat di Rumah Sakit Setelah Telan Hand Sanitizer, Bukan Vaksin Polio
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.