MANILA, KOMPAS.com – Mantan Presiden Filipina Benigno Aquino III (61) meninggal pada Kamis (24/6/2021) setelah sakit berkepanjangan.
Aquino menjabat sebagai presiden ke-15 Filipina sejak 2010 hingga 2016. Setelah itu, dia digantikan oleh Rodrigo Duterte.
Menurut ABS-CBN News, dia sempat dirawat di rumah sakit pada Kamis pagi waktu setempat sebagaimana dilansir Al Jazeera.
Baca juga: Profil Rodrigo Duterte, dari Wali Kota Terlama Jadi Presiden Filipina
Aquino dikabarkan sempat menjalani cuci darah setidaknya selama lima bulan dan baru-baru ini menjalani operasi jantung.
Jamela Alindogan dari Al Jazeera, yang melaporkan dari Manila, mengatakan beberapa sumber telah mengonfirmasi berpulangnya Aquino.
Keluarga Aquino belum mengeluarkan pernyataan resmi. Namun, mantan juru bicara Aquino, Abigail Valte, mengatakan kepada wartawan di Manila bahwa pernyataan akan dikeluarkan pada Kamis.
“Dengan kesedihan yang mendalam saya mengetahui pagi ini tentang meninggalnya mantan Presiden Benigno S Aquino III,” kata Associate Justice Mahkamah Agung Filipina Marvic Leonen.
Leonen, yang diangkat oleh Aquino pada 2012, mengenang mendiang sebagai sosok yang baik dan siap mengabdi kepada rakyat Filipina.
Baca juga: Duterte kepada Rakyat Filipina: Divaksin atau Saya Masukkan Penjara
“Saya melihatnya mengemban jabatannya dengan bermartabat dan berintegritas,” tambah Leonen.
Dalam sebuah pernyataan, Kantor Uni Eropa di Manila menyatakan dukacitanya atas berpulangnya Aquino.
“Kami berduka atas berpulangnya seorang teman yang mendorong untuk memperdalam hubungan kami,” ujar kantor tersebut.
Kedutaan Besar Jerman di Manila juga mengeluarkan pernyataan yang memuji Aquino atas perannya dalam mengintensifkan hubungan antara Filipina dan Jerman selama masa jabatannya.
Baca juga: Presiden Filipina: Kalau Tolak Vaksin Covid-19, Saya Suntik Vaksin Babi
Selama pemerintahan Aquino, Filipina berhadapan dengan China dan mengajukan kasus ke Pengadilan Arbitrase di Den Haag atas sengketa maritim di Laut China Selatan.
Filipina memenangkan kasus penting tersebut sebulan setelah Aquino lengser keprabon pada 2016. Selama enam tahun masa jabatannya, Filipina mengalami pertumbuhan ekonomi yang stabil.
Namun dia juga menghadapi kontroversi, termasuk tuduhan salah urus setelah Filipina diterjang Topan Haiyan pada 2013 yang menewaskan lebih dari 6.000 orang.