NEW DELHI, KOMPAS.com – Kementerian Kesehatan India merilis hasil penelitian mengenai virus corona varian Delta plus.
Kementerian itu menyebutkan, varian virus corona tersebut lebih mudah menyebar, lebih mudah mengikat sel paru-paru, dan berpotensi resisten terhadap terapi antibodi monoklonal.
Varian tersebut terkait dengan varian Delta, yang pertama kali diidentifikasi di India tahun lalu dan diperkirakan sebagai pendorong gelombang kedua Covid-19 di India.
Baca juga: Covid-19 Varian Delta Bisa Sebabkan 90 Persen Kasus di Eropa
Kementerian Kesehatan India mengatakan, virus corona varian Delta plus pertama kali ditemukan di India pada April sebagaimana dilansir BBC, Selasa (23/6/2021).
Kini, varian tersebut telah terdeteksi di sekitar 40 sampel dari enam distrik di tiga negara bagian yakni Maharashtra, Kerala, dan Madhya Pradesh.
Setidaknya 16 dari sampel-sampel itu ditemukan di Maharashtra, salah satu negara bagian di India yang paling parah dilanda pandemi.
Selain itu, sekarang virus corona varian Delta plus juga telah ditemukan di sembilan negara di dunia yakni Amerika Serikat (AS), Inggris, Portugal, Swiss, Jepang, Polandia, Nepal, Rusia, dan China.
BBC melaporkan, virus bermutasi sepanjang waktu. Beberapa mutasi bahkan bisa membahayakan virus itu sendiri.
Baca juga: India Laporkan Varian Covid-19 Delta Plus yang Meresahkan
Tetapi mutasi yang lain dapat membuat virus tersebut lebih menular atau mengancam. Dan mutasi ini cenderung mendominasi.
Sebuah mutasi virus dinaikkan statusnya dari variant of interest menjadi variant of concern ketika memenuhi bukti setidaknya satu dari beberapa kriteria.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.