Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/06/2021, 12:42 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Sky News

MUMBAI, KOMPAS.com - Pemerintah India melaporkan adanya varian mutasi Covid-19 Delta Plus yang dianggap meresahkan.

Sebanyak 16 kasus dari varian B.1.617.2 ini ditemukan di Negara Bagian Maharashstra, pada Selasa (22/6/2021).

Menurut keterangan pejabat Maharashstra, Delta Plus ini jauh lebih menular daripada varian aslinya, Delta.

Baca juga: AS Dibayangi Varian Delta yang Dominasi Kasus Covid-19

Dinas Kesehatan Inggris (PHE) menyatakan, galur Delta ini 60 persen lebih menular daripada varian Alpha (Kent) yang ditemukan pada Desember 2020.

Dilansir Sky News, saat ini Delta menyumbang lebih dari 99 persen kasus Covid-19 yang terdeteksi di Inggris.

Kemudian mutasi Delta yang ditemukan di Nepal disinyalir jadi penyebab Portugal meningkatkan status kewaspadaannya ke kuning Mei lalu.

Pakar berulang kali memperingatkan, virus ini akan terus bermutasi, dengan sejumlah varian dianggap meresahkan, setiap kali mereka lolos dari sistem imun.

PHE menerangkan, dua dosis vaksin baik dari Oxford-AstraZeneca dan Pfizer-BioNTech dianggap efektif melawan varian Delta.

Meski begitu, studi lanjut diperlukan untuk mengetahui apakah masih bisa melawan varian turunannya.

Baca juga: Portugal Khawatir Gelombang Keempat Covid-19 akibat Virus Corona Varian Delta

Pada Senin (21/6/2021), India memvaksinasi 8,6 juta dari total 950 juta populasi dewasa, dan mulai menawarkannya ke usia di atas 18 tahun.

Sejak Mei, "Negeri Bollywood" menginokulasi kurang dari tiga juta orang setiap harinya. Jauh dari target 10 juta per hari demi mencegah penyebaran.

Meski negara Asia Selatan tersebut merupakan produsen vaksin terbesar, mereka baru memvaksin 5,5 persen populasi dewasa.

Baca juga: WHO: Varian Delta Dominasi Infeksi Covid-19 Global

Jumlah kasus infeksi di sana memang mulai menurun dalam tiga bulan terakhir. Tapi pakar berujar vaksinasi harus ditingkatkan.

Pada April dan Mei, India mengalami hantaman varian Delta yang menyebabkan lonjakan di infeksi maupun korban meninggal.

Tidak saja rumah sakit, pemakaman pun harus mengantre di mana sejumlah krematorium darurat didirikan karena jenazah terus berdatangan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca tentang
Sumber Sky News
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com