Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ebrahim Raisi Pimpin Penghitungan Suara Pilpres Iran, Ucapan Selamat Mengalir

Kompas.com - 19/06/2021, 16:24 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters,AFP

TEHERAN, KOMPAS.com – Ucapan selamat mengalir untuk Ebrahim Raisi pada Sabtu (19/6/2021) karena dianggap memenangi pemilihan presiden (pilpres) Iran bahkan sebelum hasil resmi diumumkan.

Raisi merupakan ulama konservatif alias garis keras dan merupakan salah satu calon presiden (capres) Iran. Pemungutan suara pilpres Iran digelar pada Jumat (18/6/2021).

Pada Sabtu, Raisi memimpin penghitungan suara dalam pilpres Iran dengan mendulang 17,8 juta suara menurut pernyataan pejabat pemerintah yang disiarkan televisi sebagaimana dilansir Reuters.

Baca juga: Ulama Garis Keras Ebrahim Raisi Makin Dekat Jadi Presiden Iran

Tiga capres saingan Raisi bahkan mengucapkan selamat kepadanya karena dianggap memenangi pilpres, bahkan belum hasil resmi diumumkan sebagaimana dilansir AFP.

Dalam pidato yang disiarkan televisi, Presiden Iran Hassan Rouhani yang akan lengser memberi selamat kepada presiden pilihan rakyat, tanpa menyebutkan nama.

"Karena belum diumumkan secara resmi, saya akan menunda memberikan selamat secara resmi. Tapi sudah jelas siapa yang paling banyak mendapat suara," kata Rouhani.

Baca juga: Pemilu Iran: Pemungutan Suara Selesai, Ini Para Capresnya

Dua capres berpandangan ultrakonservatif lain, Mohsen Rezai dan Amirhossein Qazizadeh Hashemi, secara eksplisit mengucapkan selamat kepada Raisi.

Saat penghitungan suara masih berlanjut, ketua kantor pilpres Iran Jamal Orf mengumumkan Raisi meraup 62 persen suara sebagaimana dilansir AFP.

Raisi dilihat sebagai orang dekat dengan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei yang memiliki kekuatan politik tertinggi di Iran.

Pemungutan diperpanjang dua jam melewati batas waktu tengah malam di tengah kekhawatiran rendahnya jumlah pemilih yakni 50 persen atau kurang.

Baca juga: Iran Semakin Mendekati Batas Minimal Bahan untuk Membuat Nuklir

Menang sebelum pilpres

Ketika pemungutan suara berlangsung, televisi pemerintah Iran menyiarkan ramainya orang-orang yang memberikan suara di tempat pemungutan suara.

Tetapi, jauh dari tempat pemungutan suara, beberapa orang marah karena pilpres Iran dianggap sudah diatur untuk memperkuat kelompok ultrakonservatif.

"Saya memilih atau tidak, seseorang sudah terpilih. Mereka membuat sandiwara pilpres untuk media,” ujar seorang pemilik toko di Teheran, Saeed Zareie.

Antusiasme rakyat dalam pilpres semakin berkurang dengan meningkatnya inflasi dan hilangnya pekerjaan.

Baca juga: 4 Alasan Menentukannya Pilpres Iran bagi Barat

Sementara itu, pandemi Covid-19 di Iran jauh lebih mematikan daripada di tempat lain di kawasan itu. Lebih dari 80.000 orang di Iran tewas akibat virus corona.

Di sisi lain, orang-orang yang memberikan suaranya dalam pilpres banyak yang mengaku mencoblos Raisi.

Mereka memilih Raisi karena dia berjanji untuk memerangi korupsi, membantu orang miskin, dan membangun jutaan hunian untuk keluarga berpenghasilan rendah.

Seorang perawat bernama Sahebiyan mengaku mendukung Raisi karena kampanye anti-korupsinya.

Baca juga: Menanti Presiden Baru Iran, Tokoh Garis Keras Diprediksi Menang

Dia berharap, Raisi akan memajukan Iran dan menyelamatkan orang-orang dari keterpurukan ekonomi, budaya dan sosial.

Sebelum pilpres digelar, AFP mewartakan banyak media di Iran menggadang-gadang Raisi sebagai calon pengganti Khamenei.

Raisi merupakan seorang hakim sekaligus ulama Syiah garis keras berusia 60 tahun. Dia dijatuhi sanksi oleh Amerika Serikat (AS) atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia.

Baca juga: Mantan PM Israel Sebut Iran Bersukacita karena Pemerintah Sekarang Lemah

Rouhani lengser

Sejak revolusi 1979, kekuatan tertinggi di Iran berada di tangan pemimpin tertinggi. Namun, presiden memiliki pengaruh besar di berbagai bidang mulai dari kebijakan industri hingga urusan luar negeri.

Rouhani bakal meninggalkan jabatannya pada Agustus setelah menjabat sebagai Presiden Iran selama dua periode, masing-masing periode berdurasi empat tahun.

Pencapaian penting Rouhani adalah kesepakatan nuklir pada 2015 di mana Teheran bersedia membatasi program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi internasional.

Baca juga: AS Waspada Kapal Iran Sampai di Samudra Atlantik, Curiga Pasok Senjata ke Venezuela

Tetapi, harapan Iran yang akan menuai keuntungan pupus pada 2018 ketika presiden AS kala itu Donald Trump membatalkan kesepakatan tersebut.

Tak cukup sampai di situ, Trump juga meluncurkan kampanye yang dia anggap sebagai tekanan maksimum untuk mengisolasi Iran secara diplomatik dan ekonomi.

Iran selalu membantah mengembangkan senjata nuklir. Namun, Trump menuduh Iran masih berencana membuat bom dan mengacaukan Timur Tengah melalui proksi mereka di Irak, Lebanon, Suriah, dan Yaman.

Baca juga: Putin Bantah Rusia Kirim Satelit Canggih ke Iran

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mobil Berkecepatan Tinggi Tabrak Gerbang Gedung Putih, Sopir Tewas

Mobil Berkecepatan Tinggi Tabrak Gerbang Gedung Putih, Sopir Tewas

Global
Puluhan Ribu Warga Israel Demo Minta Sandera Segera Dipulangkan

Puluhan Ribu Warga Israel Demo Minta Sandera Segera Dipulangkan

Global
Serangan Roket dan Drone Rusia, 2 Warga Ukraina Tewas

Serangan Roket dan Drone Rusia, 2 Warga Ukraina Tewas

Global
Gencatan Senjata di Gaza Masih Bergantung Israel

Gencatan Senjata di Gaza Masih Bergantung Israel

Global
Balita Ini Sebut Ada Monster di Dinding Kamar, Ternyata Sarang 50.000 Lebah

Balita Ini Sebut Ada Monster di Dinding Kamar, Ternyata Sarang 50.000 Lebah

Global
Serang Wilayah Ukraina, Pesawat Tempur Rusia Ditembak Jatuh

Serang Wilayah Ukraina, Pesawat Tempur Rusia Ditembak Jatuh

Global
Remaja 16 Tahun di Australia Ditembak di Tempat setelah Lakukan Serangan Pisau

Remaja 16 Tahun di Australia Ditembak di Tempat setelah Lakukan Serangan Pisau

Global
Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Global
Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Global
Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Global
Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Global
Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Global
Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Global
Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Global
Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com