Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Tempe di Amerika Serikat dan Pengusaha Besar yang Terinspirasi dari Malang

Kompas.com - 13/06/2021, 21:24 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Tofurky - masih menurut Forbes - merupakan salah satu bisnis makanan nabati yang paling lama di AS dengan produk pengganti daging berbasis kedelai.

Produk nabati sangat populer terutama pada peringatan hari Thanksgiving dengan menu utama kalkun dan banyak yang menyebut Tofurky adalah nama campuran antara turkey (kalkun) dan tofu (tahu).

Pada November 2018 lalu, Tofurky merayakan pembelian lima juta "kalkun panggangnya".

Menurut data dari Good Food Institute, penjualan makanan nabati pengganti daging meningkat 27 persen dalam setahun terakhir ini menjadi 7 miliar dollar AS, dengan jumlah keluarga yang membeli sekitar 15 juta.

"Fenomena aneh di AS"

Dapur Cafe Hope Co-op Natural Foods di dekat Portland, Oregon, digunakan Seth untuk memproduksi tempe.SETH TIBBOTT via BBC INDONESIA Dapur Cafe Hope Co-op Natural Foods di dekat Portland, Oregon, digunakan Seth untuk memproduksi tempe.
Langkah awal memulai bisnis makanan nabati, kata Seth Tibbott, dimulai setelah apa yang ia sebut "fenomena aneh 41 tahun lalu dengan munculnya toko-toko yang menjual tempe di Amerika Serikat."

"Saya jatuh cinta dengan tempe tiga tahun sebelumnya dan sudah yakin tempe akan menjadi sesuatu yang besar karena rasanya yang enak, bergizi dengan tekstur bagus," katanya.

Pengalaman awalnya membuat tempe dimulai melalui kelompok "vegetarian dengan anggota 1.200 orang" yang tinggal dalam satu komunitas yang disebut The Farm.

Kelompok yang hanya makan produk nabati dan sama sekali tidak menyentuh produk dari hewan termasuk susu dan telur, mengolah berbagai makanan termasuk tahu, susu kedelai dan juga tempe.

Mereka menjual cara membuat tempe seharga 3 dollar AS dan dari sinilah pengalaman Seth membuat tempe bermula.

Baca juga: Hari Tempe Nasional, Coba 21 Resep Olahan Tempe Favorit Ini

Cara membuat tempe yang masih disimpan Seth.SETH TIBBOTT via BBC INDONESIA Cara membuat tempe yang masih disimpan Seth.
"Saat itu saya tinggal di tenda dan saya pakai kompor seadanya di luar tenda. Iklim di Tennesse (tempat tendanya) saat musim panas sangat mirip di Indonesia, jadi cocok untuk membuat tempe."

"Fermentasi tempe saya lakukan di panci yang saya letakkan di atas kursi di luar pada malam hari. Keesokan harinya, di atas kedelai terbentuk lapisan putih. Saya senang... dan saya suka sekali dengan tempe saya," tambahnya.

Sejak pengalaman pertama membuat tempe pada 1977 itu, kata Seth, dia mulai membuat satu kilogram. Kata dia, "Saya sudah terpikir, tempe memiliki potensi untuk berhasil di Amerika."

Semua tabungannya ia gunakan untuk membeli berbagai perlengkapan dan memproduksi sekitar 50 kilogram tempe per malam, di tempat awalnya, menyewa dapur Hope Co-op Natural Foods di dekat Portland, Oregon, yang digunakan setelah cafe itu tutup.

Masa-masa awal produksi tempe.SETH TIBBOTT via BBC INDONESIA Masa-masa awal produksi tempe.
Sejumlah pelanggan pertamanya, kata Seth, termasuk "orang-orang Indonesia yang tinggal di Portland, Oregon. Saya antar tempe ke rumah-rumah mereka dan mereka senang."

"Setiap minggu, saya juga mengirim tempe ke toko-toko dan restoran di kawasan Portland. Tiga bulan setelah mulai, saya dapat telepon dari distributor yang ingin memesan sekitar 500 kilogram tempe setiap minggu," kata Seth.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com