Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lawan Junta, Pemerintah Bayangan Myanmar Bersekutu dengan Pemberontak

Kompas.com - 30/05/2021, 11:26 WIB
Tito Hilmawan Reditya,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Sumber AFP

NAYPYIDAW, KOMPAS.com - Sebuah pemerintah bayangan di Myanmar, yang sejauh ini berusaha membatalkan kudeta 1 Februari, akhirnya bergabung dengan kelompok pemberontak.

Dilansir AFP, tujuan pemerintah bayangan dan pemberontak sama, yakni menghancurkan pemerintahan junta militer yang berkuasa di Myanmar pasca kudeta.

Seperti diketahui, Myanmar berada dalam kekacauan sejak militer menggulingkan Aung San Suu Kyi dan pemerintahan Liga Nasional untuk Demokrasi miliknya.

Junta militer yang melakukan kudeta, selanjutnya mulai melancarkan tindakan brutal terhadap perbedaan pendapat.

Sekelompok anggota parlemen yang digulingkan tidak tinggal diam. Mereka membentuk pemerintah bayangan bernama "Pemerintah Persatuan Nasional" untuk mengembalikan situasi Myanmar seperti sediakala.

Baca juga: Kemenlu AS: Penahanan Jurnalis oleh Militer Myanmar Ancam Demokrasi

Kelompok ini terus berusaha mengajak para pembangkang anti-kudeta, bersama dengan banyak sekali pejuang pemberontak etnis Myanmar, membentuk tentara federal untuk menantang junta.

Masih dilansir AFP, Sabtu (29/5/2021), Pemberontak Front Nasional Chin resmi menandatangani kesepakatan, bergabung bersama pemerintah bayangan.

Tujuannya untuk bersama-sama menghancurkan kediktatoran dan menerapkan sistem demokrasi federal di Myanmar yang sudah diberangus dengan keji oleh junta militer.

Kedua kelompok ini pun bersepakat untuk bermitra secara setara, dan berjanji untuk saling memberi pengakuan.

Meski begitu, rincian lebih lanjut tentang kerjasama mereka belum diberikan.

Baca juga: Pasukan Tandingan Dibentuk, Siap Melawan Junta Militer Myanmar

Sejauh ini, beberapa kelompok pemberontak bersenjata Myanmar juga masih mengutuk kudeta militer junta. Menurut mereka, penggunaan kekerasan terhadap warga sipil tak bersenjata tidak bisa dibenarkan.

Beberapa anggota kelompok ini juga menyediakan tempat berlindung. Bahkan baru-baru ini, disediakan pula pelatihan bagi para pembangkang yang melarikan diri ke wilayah mereka.

Di sisi lain, pada Jumat (28/5/2021), muncul video yang menunjukkan gelombang pertama dari apa yang disebut "Pasukan Pertahanan Sipil."

Sekitar seratus rekrutan ditampilkan berbaris di tanah datar yang dikelilingi oleh hutan. Semuanya tanpa senjata.

"Biarlah semua orang Burma dibebaskan dari perbudakan militer!" begitu teriakan rekrutan dalam video itu.

Baca juga: 9 Negara Asean Termasuk Indonesia Tolak Embargo Senjata untuk Myanmar

Laporan AFP menyebut, kelompok pemantau lokal sudah mendata berapa banyak korban tewas pasca kudeta 1 Februari. Hasilnya, ada lebih dari 800 orang terbunuh oleh junta militer Myanmar.

Ini karena semua kelompok yang menentang kudeta, oleh junta militer langsung diklasifikasi sebagai teroris tanpa pandang bulu. Termasuk jurnalis, yang bisa dikenakan dakwaan di bawah undang-undang kontra-terorisme.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Demonstran Pro-Palestina di UCLA Bentrok dengan Pendukung Israel

Demonstran Pro-Palestina di UCLA Bentrok dengan Pendukung Israel

Global
Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Global
Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Global
30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

Internasional
Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Global
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
[KABAR DUNIA SEPEKAN] Tabrakan Helikopter Malaysia | Artefak Majapahit Dicuri

[KABAR DUNIA SEPEKAN] Tabrakan Helikopter Malaysia | Artefak Majapahit Dicuri

Global
Bangladesh Liburkan 33 Murid dan Mahasiswa karena Cuaca Panas

Bangladesh Liburkan 33 Murid dan Mahasiswa karena Cuaca Panas

Global
Dilema Sepak Bola Hong Kong, dari Lagu Kebangsaan hingga Hubungan dengan China

Dilema Sepak Bola Hong Kong, dari Lagu Kebangsaan hingga Hubungan dengan China

Global
Panglima Ukraina: Situasi Garis Depan Memburuk, Rusia Unggul Personel dan Senjata

Panglima Ukraina: Situasi Garis Depan Memburuk, Rusia Unggul Personel dan Senjata

Global
Jam Tangan Penumpang Terkaya Titanic Laku Dilelang Rp 23,75 Miliar

Jam Tangan Penumpang Terkaya Titanic Laku Dilelang Rp 23,75 Miliar

Global
Rusia Masuk Jauh ke Garis Pertahanan Ukraina, Rebut Desa Lain Dekat Avdiivka

Rusia Masuk Jauh ke Garis Pertahanan Ukraina, Rebut Desa Lain Dekat Avdiivka

Global
Filipina Tutup Sekolah 2 Hari karena Cuaca Panas Ekstrem

Filipina Tutup Sekolah 2 Hari karena Cuaca Panas Ekstrem

Global
Rusia Jatuhkan 17 Drone Ukraina di Wilayah Barat

Rusia Jatuhkan 17 Drone Ukraina di Wilayah Barat

Global
Intel AS Sebut Putin Tidak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Intel AS Sebut Putin Tidak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com