Pastor Gregor Hohberg juga mengatakan, kehadiran House of One menjadi sangat penting mengingat apa yang terjadi di Jerman dan dunia saat ini.
Di negara itu, katanya, sentimen anti-Yahudi dan Islamofobia meningkat, sementara sengketa Israel dan Palestina menimbulkan berbagai aksi protes di Berlin.
Baca juga: Penindasan Kelompok Agama Minoritas di China dan Myanmar Terparah di Dunia
"Penting untuk selalu mencoba memahami bagaimana orang lain memandang sesuatu dengan memperhitungkan dari mana asalnya atau agama apa yang diyakininya," kata Hohberg.
"Masyarakat mendapat untung jika ada dialog. Dan itulah yang kami lakukan di sini," imbuhnya.
Meski belum memiliki bangunan fisik, para pendukung House of One sudah memiliki ikatan yang kuat.
Mereka telah beberapa kali berkumpul, baik dalam suasana suka maupun duka, seperti pasca penyerangan terhadap Muslim di Selandia Baru, Kristen di Sri Lanka, serta Yahudi di AS dan Jerman.
"Kami telah menjadi teman. Kami telah memastikan bahwa seorang rabi, imam, dan pastor bisa berdiri bahu-membahu," kata Örs.
Baca juga: Pasangan Beda Agama di India Cemas Setelah Muncul Peraturan Baru