Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hamas Ajukan Dua Syarat untuk Setujui Gencatan Senjata dengan Israel

Kompas.com - 20/05/2021, 15:05 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber ABC News

Hukum Israel mengizinkan warga untuk mengambil kembali tanah tersebut, tetapi tidak mengizinkan warga Palestina untuk melakukan hal yang sama.

Baca juga: Israel-Palestina Hari Ini: Pejabat Hamas Menduga Gencatan Senjata Segera Terwujud

Dorongan Amerika Serikat

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden telah berbicara melalui telepon dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas.

Biden berbicara dengan perdana menteri Israel pada Rabu (19/5/2021) untuk keempat kalinya dalam seminggu.

Dia "mengharapkan penurunan tensi yang signifikan hari ini (Rabu 19/5/2021), untuk menuju gencatan senjata," menurut pembacaan percakapannya dari Gedung Putih.

Dorongan itu adalah yang paling tegas dari pihak AS, bahkan ketika Biden berulang kali mendukung hak Israel untuk membela diri.

Selama panggilan lain dengan Netanyahu pada Senin (17/5/2021), Biden "menegaskan kembali dukungan tegasnya bagi hak Israel, untuk mempertahankan diri dari serangan roket tanpa pandang bulu." Tetapi AS juga "menyatakan dukungannya untuk gencatan senjata," menurut keterangan Gedung Putih.

Namun, sumber mengatakan kepada ABC News bahwa presiden AS mengambil nada yang lebih keras dengan pemimpin lama Israel daripada yang dia lakukan di depan umum, atau dalam percakapan pribadi sebelumnya.

Biden menyampaikan pesan bahwa dia hanya memberikan perlindungan begitu lama dari seruan yang berkembang di AS dan di seluruh dunia, dengan maksud supaya Israel mengambil pendekatan yang berbeda di Jalur Gaza.

Baca juga: Menolak Mundur, Hamas Ancam Serangan Balas Dendam ke Israel

Tetapi Netanyahu mengatakan bahwa serangan akan terus berlanjut.

"Arahannya adalah untuk terus menyerang sasaran terorisme," kata Netanyahu dalam konferensi pers pada Senin malam (17/5/2021).

"Kami akan terus bertindak seperlunya untuk memulihkan perdamaian dan keamanan bagi semua penduduk Israel."

Israel dan Amerika Serikat, sebagai sekutu dekat, sama-sama menganggap Hamas sebagai organisasi teroris. Kelompok militan tersebut dinilai bertujuan untuk mendirikan negara Palestina merdeka sebagai bagian dari Israel modern.

Warga Palestina ingin memasukkan Jalur Gaza dan Tepi Barat di negara masa depan mereka, dengan Yerusalem timur sebagai ibu kota akhirnya.

Pemerintah AS telah menyuarakan dukungan untuk solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina, yang akan menciptakan Israel dan Palestina yang merdeka.

Namun, mantan Presiden AS Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada 2017, dan memindahkan kedutaan AS di sana dari Tel Aviv pada 2018. Langkah kontroversial itu disambut baik oleh Israel dan dikutuk oleh Palestina.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com